Tubuh Kristus (Jelajah PB 573)

Roma 12:3-8

Pada saat kita hidup dalam komunitas jemaat dan persekutuan di gereja, hal yang harus kita hindari adalah sikap sombong di hadapan jemaat yang lain. Dalam persekutuan kejemaatan, tidak boleh saling menyombongkan diri. Jika di dalam jemaat ada yang berpikir bahwa dia adalah orang yang lebih hebat dari yang lain, orang yang paling berguna, ini akan merusak persekutuan di jemaat. Orang yang seperti ini akan mudah kecewa, karena apa yang diharapkan, yaitu dihormati oleh orang lain, justru dia tidak mendapatkannya. Orang mengalami kekecewaan karena dia mengharapkan sesuatu yang tinggi, tetapi yang diharapkan tidak terjadi. Jika seseorang memiliki harapan yang tidak tinggi, tetapi mendapatkan hal yang lebih tinggi, dia akan berbahagia.

Rasul Paulus mengingatkan kepada kita supaya tidak berpikir tentang hal-hal yang tinggi. Hal-hal yang patut saja yang dipikirkan. Kita harus sadar dengan diri kita. Kita harus sadar bahwa saat ini kita adalah murid Tuhan Yesus. Kita juga harus belajar untuk berpikir dengan wajar sehingga dapat menguasai diri menurut ukuran iman yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Paulus juga berbicara mengenai tubuh. Jemaat adalah tubuh Kristus. Yang perlu kita pahami, bukan seluruh kekristenan yang ada di dunia ini bersatu menjadi tubuh Kristus. Yang disebut tubuh Kristus adalah jemaat lokal, satu jemaat yang berada di tempat tertentu. Tubuh Kristus adalah kumpulan orang-orang Kristen di suatu tempat yang membentuk suatu hubungan atau komunitas yang disebut dengan jemaat atau gereja. Yesus berkata di dalam Matius 18:20, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Ini bisa disebut sebagai tubuh Kristus.

Dalam satu jemaat, ada banyak anggota. Tetapi masing-masing anggota memiliki tugas yang berbeda. Setiap anggota memiliki karunia yang berbeda. Semakin lengkap karunia yang ada, semakin baik. Jemaat akan bisa berfungsi semakin baik, terutama dalam pemberitaan Injil. Pada zaman rasul Paulus menulis surat Roma, masih ada karunia bernubuat, karena Alkitab belum selesai ditulis. Tetapi saat ini, setelah Alkitab selesai ditulis karena wahyu sudah tidak diturunkan lagi, maka tidak ada lagi karunia nubuat. Jika ada orang yang berani mengaku dia bisa bernubuat, maka dipastikan bahwa orang tersebut bernubuat bukan dari Tuhan. Iblis membuat orang bisa bernubuat, untuk mengacaukan firman Tuhan yang sudah tertulis. Karunia yang berhubungan dengan proses pewahyuan Alkitab, berhenti setelah proses pewahyuan Alkitab berakhir, yaitu sejak kitab Wahyu selesai ditulis oleh rasul Yohanes, sekitar tahun 80-90 Masehi. Karunia yang berhubungan dengan proses pewahyuan Alkitab, antara lain: nubuat dan bahasa lidah.

Karunia-karunia yang lain masih ada sampai sekarang, seperti: karunia melayani, mengajar dan menasihati. Firman Tuhan sudah lengkap tertulis, sehingga penting bagi kita untuk mengajarkan firman Tuhan itu kepada orang lain. Kekristenan menjadi kacau ketika ada orang-orang yang tidak mengerti firman Tuhan, mereka mengajar orang lain. Orang-orang dari agama lain yang menjadi Kristen, mereka perlu diajar firman Tuhan dengan baik. Jika tidak, maka mereka akan bersaksi ke mana-mana dan akhirnya menjelaskan firman (berkhotbah) dari sudut pandang agamanya yang dulu. Bahkan ada juga dukun yang menjadi Kristen dan tidak diajar dengan firman Tuhan yang baik, sehingga mereka bisa menjadi Pendeta yang akhirnya mengajar dari sudut pandang perdukunan. Hal-hal seperti ini yang sering mengacaukan pengajaran di dalam kekristenan.

Views: 7

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top