Menghakimi Malaikat (Jelajah PB 580)

Roma 14:9-13

Kekristenan adalah kepercayaan yang paling logis di dunia ini. Alkitab adalah firman Tuhan yang paling logis, yang sesuai dengan akal budi manusia. Yang menciptakan otak kita adalah Tuhan dan firman Tuhan itu sendiri diilhamkan oleh Tuhan melalui manusia untuk dituliskan. Untuk memeriksa apakah sebuah pengajaran itu benar atau tidak, diperlukan Alkitab sebagai dasarnya. Jika kita hidup atau mati untuk Tuhan, maka kita akan melakukan segala sesuatu untuk Tuhan. Kebenaran dan kehendak Tuhan telah dituliskan di dalam Alkitab.

Orang Kristen seharusnya juga cinta damai. Segala sesuatu tidak perlu diperdebatkan dengan sengit, apalagi jika berhadapan dengan orang yang bukan Kristena atau orang yang lemah iman. Ada prinsip yang lebih penting daripada sekedar perdebatan terhadap hal-hal yang tidak prinsip. Prinsip penting itu adalah soal keselamatan kekal. Kebenaran bisa didapatkan dari pembelajaran dan argumentasi yang baik, bukan dengan cara kekerasan. Segala bentuk kekerasan itu bukan berasal dari Tuhan. Dengan kekerasan, yang dicapai bukan kebenaran tetapi pemaksaan kehendak. Jika dengan argumentasi, kita belum bisa menyamakan persepsi, cukup berhenti di situ saja. Suatu saat nanti kita akan bersama-sama menghadap pengadilan Kristus. Setiap kita akan memberikan pertanggunganjawab terhadap diri sendiri kepada Tuhan.

Soal makan dan minum, soal angka dan hari, kita diminta untuk tidak saling menghakimi lagi. Ini urusan sepele, tidak perlu diperdebatkan atau melakukan penghakiman atas hal-hal tersebut. Jika memang terjadi perbedaan pendapat, itu pun bukan prinsip dan tidak menjadi persoalan yang berarti. Tetapi kita juga perlu memperhatikan bahwa ada hal-hal yang harus dihakimi (dipertimbangkan) karena menyangkut hal prinsip. Tetapi yang dihakimi bukan orangnya, tetapi apa yang diajarkan, salah atau benar. Contoh di dalam 1 Korintus 5:12-6:4, ada hal-hal yang perlu dihakimi dan ada hal-hal yang tidak perlu dihakimi. Orang Kristen memiliki wewenang untuk menghakimi dunia, bahkan menghakimi malaikat. Jika ada orang di luar jemaat bersalah, kita mungkin tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi jika yang salah itu ada di dalam jemaat, kita harus memberi nasihat dengan tahapan seperti yang diajarkan di dalam Matius 18:15 dst.

Ketika ada orang yang baru masuk ke dalam jemaat, kita pertama-tama memberikan perhatian kepada mereka. Kita mengajari mereka dan menuntun mereka secara pelan-pelan. Kita tidak perlu memarahi atau menghakimi jika memang tidak sesuai dengan pengajaran kita, karena pada dasarnya mereka belum masuk ke dalam jemaat. Kita harus mengajar dengan pelan-pelan sampai dia mengerti kebenaran.

Pada waktu zaman para rasul saja sudah banyak sekali pengajaran sesat, apalagi saat ini. Seringkali kita susah untuk mendeteksi pengajaran, karena hampir-hampir sama. Gereja memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan kebenaran dan menyatakan yang salah, karena gereja berfungsi sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Kita seharusnya mengikuti nasihat Rasul Paulus di dalam 2 Timotius 4:2 yang menyatakan, “Beritakanlah firman, siap sedia baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Dengan melakukan hal ini, diharapan tidak ada jemaat yang masuk ke dalam pengajaran yang sesat, yang pada akhirnya ujungnya adalah maut atau kematian.

Views: 21

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top