Hidup Untuk Tuhan (Jelajah PB 579)

Roma 14:4-8

Orang yang belum mengerti kebenaran, mereka adalah orang yang belum merdeka. Mereka masih terjerat atau terikat dengan sebuah konsep tertentu. Kita susah untuk membayangkan seseorang tidak diperbolehkan untuk makan ini dan itu, bukan karena alasan kesehatan tetapi karena alasan ibadah. Banyak orang yang perlu dibimbing supaya mengerti kebenaran. Mereka bukan hanya terikat dalam soal makanan, tetapi juga soal angka dan hari-hari tertentu. Orang-orang seperti inilah yang perlu dimerdekakan. Jangan menghina mereka, tetapi kita harus membimbing mereka supaya bisa mengerti kebenaran dan pada akhirnya dimerdekakan.

Bukan hanya di luar Kristen yang seringkali mengikat, tetapi kita juga harus berhati-hati karena ada juga tradisi-tradisi gereja yang bisa menjerat kita. Jangan sampai kita menjadi seperti orang Farisi dan para ahli Taurat yang membuat tradisi-tradisi tertentu yang terkesan rohani, padahal sebenarnya bertentangan dengan kehendak Tuhan. Sebagai contoh, tidak ada sumber yang jelas tentang munculnya tokoh Sinterklas dalam perayaan natal. Tetapi tokoh itu seringkali lebih terkenal dibandingkan dengan Yesus sendiri. Anak-anak diajarkan untuk mengharapkan hadiah dari Sinterklas, sehingga mereka lupa dengan berita keselamatan kekal yang disampaikan dalam berita natal.

Semua hari itu sama saja, tetapi ada orang yang mementingkan hari-hari tertentu. Tentang orang yang seperti ini, kita tidak perlu berdebat dengan mereka. Kita hanya perlu menuntun mereka supaya mereka tidak terjerat dengan hal-hal tersebut. Setiap orang seharusnya yakin dalam hatinya sendiri tentang apa yang sedang dipercayai. Jika ternyata yang dipercaya itu tidak masuk akal, maka lebih baik berpikir ulang supaya bisa memiliki pemikiran yang lebih masuk akal. Siapa yang berpegang pada suatu hari tertentu, dia perlu mengerti bahwa itu dilakukan untuk Tuhan. Demikian juga dengan orang-orang yang sedang makan, dia juga harus melakukannya untuk Tuhan dengan ucapan syukur.

Yang paling penting adalah kita mengucap syukur kepada Tuhan di setiap tindakan kita. Segala sesuatu seharusnya kita lakukan demi Tuhan, bukan demi diri sendiri. Semuanya itu bisa dilihat dengan pelan-pelan sambil membimbing orang-orang yang lemah iman. Seringkali kita susah untuk membawa keluarga kita percaya kepada Tuhan karena tidak dapat menahan diri terhadap orang-orang yang memiliki pendapat lain. Ketika kita menyerang seseorang atau keluarga kita karena berbeda pendapat dengan kita, maka orang tersebut akan membangun benteng sehingga kita akan lebih sulit untuk menjangkaunya atau mengajaknya untuk berpikir secara terbuka.

Rasul Paulus dari awal sudah mengingatkan supaya kita mengambil sikap sebagai penuntun yang siap menuntun dan mengajak berpikir terbuka secara pelan-pelan, sehingga Injil itu bisa diberitakan kepada semua orang, termasuk orang-orang yang lemah iman. Kita seharusnya belajar untuk memberikan penjelasan dengan penuh kasih kepada semua orang. Jika kita hidup maka kita hidup untuk Tuhan. Jika kita mati, maka kita juga mati untuk Tuhan. Baik hidup maupun mati, kita adalah milik Tuhan. Soal makanan atau hari atau angka tertentu, itu bukan masalah besar yang perlu diperdebatkan. Yang penting seseorang harus memilik prinsip bahwa hidupnya dan matinya adalah untuk Tuhan.

Views: 3

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top