Jelajah PB 297 (Lukas 23:43-56)

Tuhan Yesus mati mendahului dua orang penjahat lainnya. Orang-orang yang mati sebelum Tuhan Yesus mati, mereka tidak langsung ke Sorga. Mereka ditempatkan di suatu tempat yang dalam bahasa Ibrani disebut “sheol”. Mereka belum masuk ke Sorga karena mereka percaya kepada Juruselamat yang dijanjikan akan datang. Pada saat mereka mati, Juruselamat itu belum tiba, belum menebus dosa mereka. Mereka hanya melaksanakan ibadah simbolik, yaitu mengorbankan domba di atas mezbah sebagai penebusan dosa mereka.

Ketika Tuhan Yesus datang dan mati di atas kayu salib, Tuhan Yesus turun ke alam maut untuk mengumumkan bahwa Dia telah dihukumkan untuk mereka, kemudian mereka dikeluarkan dari sheol itu. Sesudah kematian Tuhan Yesus, orang-orang percaya yang mati akan masuk ke Firdaus. Karena itulah Yesus memberikan kepastian kepada penjahat yang bertobat itu. Yesus mati duluan, kemudian penjahat itu akan menyusul masuk ke Firdaus.

Terjadi kegelapan selama tiga jam di daerah itu pada saat Tuhan Yesus berada di atas kayu salib, dari jam dua belas sampai jam tiga. Tabir Bait Suci yang memisahkan antara ruang suci dengan ruang maha suci terbelah menjadi dua. Dengan kata lain, Tuhan Yesus menghilangkan keimamatan seseorang atas yang lain. Saat ini manusia bisa langsung berdoa kepada Tuhan, tanpa melalui perantara lagi. Mulai zaman Adam sampai Harun, ayah adalah imam. Pada zaman Harun sampai Yohanes Pembaptis muncul, keturunan Harun menjadi imam. Dari zaman Yohanes Pembaptis muncul sampai pada hari pengangkatan (repture), tiap-tiap orang percaya adalah imam atas dirinya sendiri. Kekristenan tidak pernah menganggap bahwa ayah sebagai imam. Di dalam Alkitab, posisi ayah adalah sebagai kepala keluarga. Hamba Tuhan juga tidak berfungsi sebagai imam, tetapi berfungsi sebagai pengajar Firman dan gembala atas sebuah jemaat. Pada saat ini, tidak ada orang yang boleh menjadi imam atas orang lain.

Setelah semua peristiwa itu, Tuhan Yesus menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa di Sorga. Melihat semua peristiwa itu, kepala pasukan memuliakan Tuhan dengan mengatakan bahwa sesungguhnya Yesus adalah orang benar. Orang-orang yang berada di tempat itu juga mendengar apa yang disaksikan oleh kepala pasukan tersebut. Mereka pulang sambil memukul-mukul diri. Mungkin mereka sangat menyesal karena telah mengambil bagian mengolok-olok Yesus. Perempuan-perempuan dari Galilea yang mengenal Yesus menyaksikan semua itu dari jauh.

Ada seorang anggota Majelis Besar yang bernama Yusuf dari Arimatea. Dia adalah seorang yang sedang mencari kebenaran dan sedang menantikan kedatangan Sang Juruselamat. Dia pergi kepada Pilatus disertai oleh Nikodemus, salah seorang dari golongan Farisi untuk meminta mayat Yesus, supaya mereka bisa menguburkan mayat tersebut. Akhirnya Tuhan Yesus dikuburkan di tempat yang sudah dibuat oleh Yusuf tersebut. Kubur itu adalah kubur baru, dibuat lobang di sebuah bukit, berbentuk seperti goa. Mereka menguburkan mayat Yesus menjelang hari Sabat, yang sebenarnya adalah Sabat Besar atau Sabat Paskah, bukan Sabat rutin di hari Sabtu. Tuhan Yesus disalibkan tepat pada tanggal empat belas bulan Nisan, hari pada saat orang-orang Yahudi mempersembahkan seekor domba. Domba itu disembelih dan darahnya dipoleskan di ambang pintu. Apa yang mereka lakukan sebelum mereka keluar dari tanah Mesir, menggambarkan tentang Juruselamat yang akan disalibkan untuk menebus dosa dunia.

Views: 5

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top