Pada waktu perjamuan malam itu, selain mereka mempercakapkan tentang siapa yang menyerahkan Tuhan Yesus, mereka juga mempercakapkan tentang siapa yang dianggap terbesar di antara para murid. Kelihatan sekali bahwa para murid pada saat itu masih mengikuti Tuhan Yesus dengan tujuan jasmaniah. Mereka belum paham mengenai misi penyelamatan Tuhan Yesus terhadap manusia yang berdosa. Seandainya seluruh bangsa Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias mereka, Yesus tetap akan disalibkan oleh bangsa Romawi dengan tuduhan pemberontakan. Tujuh tahun kemudian, Tuhan Yesus akan mendirikan kerajaan-Nya yang sering disebut sebagai kerajaan seribu tahun. Tetapi ternyata bangsa Yahudi termasuk para murid belum terlalu mengerti tentang hal tersebut.
Yesus membandingkan antara kerajaan dunia ini dengan kerajaan Yesus. Kerajaan dunia ini seringkali menggunakan kekuasaan mereka dengan kekerasan. Tetapi, bagi anak-anak Tuhan, jika ingin menjadi yang terbesar, maka mereka harus menjadi pelayan atas yang lain. Hal tersebut juga pernah dicontohkan oleh Tuhan Yesus, pada saat Dia mencuci kaki para murid-Nya. Mungkin, setelah semua peristiwa ini lewat, murid-murid akan menyadari bahwa apa yang pernah mereka perdebatkan hari itu sungguh memalukan. Pemahaman mereka jelas akan sangat berbeda setelah mereka menerima Roh Kudus dan memahami semua hal yang pernah diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Sepertinya Iblis juga menuntut Tuhan untuk menguji para murid, supaya terlihat kesetiaan mereka yang sebenarnya. Jika hari ini kita menjadi anak-anak Tuhan yang setia, maka ketahuilah bahwa Iblis akan selalu menuntut kita diuji. Karena itu, supaya kita tidak mengecewakan Tuhan, marilah kita berdiri teguh di atas iman kita, marilah kita menjadi anak-anak Tuhan yang dapat dibanggakan-Nya. Tuhan mau supaya kita bisa menang atas pencobaan yang didatangkan oleh Iblis, sebagai bukti bahwa kita benar-benar mengasihi Tuhan. Menjadi orang Kristen bukan berarti akan terlepas dari berbagai permasalahan di dunia ini. Justru banyak orang Kristen yang diceritakan, menjadi lebih sengsara daripada kehidupan sebelum menjadi orang Kristen. Paulus bahkan mengajak kita untuk bermegah di dalam kesengsaraan itu, karena dapat menimbulkan tahan uji dan ketekunan.
Simon Petrus juga mendapatkan ujian itu. Dia menyangkal Tuhan Yesus. Yesus sudah menubuatkan-Nya dan hal itu terjadi. Tetapi Simon Petrus segera bertobat dan menyesali perbuatannya. Akhirnya dia menjadi salah satu rasul yang berani bersaksi tentang Yesus Kristus. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Yudas Iskariot. Memang setelah menyerahkan Yesus, Yudas Iskariot juga menyesali apa yang dilakukan. Tetapi dia tidak bertobat, malah bunuh diri. Seandainya saja Yudas Iskariot mau bertobat dan kembali kepada Tuhan Yesus, maka ia pun akan diselamatkan, seperti Simon Petrus.
Tuhan Yesus tahu bahwa jalan hidup-Nya di dunia ini adalah untuk menggenapkan semua nubuatan yang sudah disampaikan oleh para nabi di dalam kitab Perjanjian Lama, khususnya tentang Sang Mesias. Yesus akan terhitung sebagai pemberontak, untuk menggenapi nubuatan tersebut. Karena itulah Tuhan Yesus perlu membawa pedang, karena biasanya pemberontak akan membawa pedang untuk melakukan aksinya. Dua pedang sudah cukup untuk menggenapi nubuatan tentang pemberontak tersebut. Pedang itu pada akhirnya tidak digunakan oleh Tuhan Yesus, meskipun pedang yang dibawa itu dipakai oleh Petrus untuk memotong telinga hamba dari Imam Besar. Tuhan Yesus mengembalikan telinga yang sudah terpotong itu.
Views: 18