Jelajah PB 277 (Lukas 20:9-19)

Setelah bersoal jawab dengan para pemimpin Israel, Yesus kemudian menceriterakan satu perumpamaan, seorang yang membuka kebun anggur kemudian menyewakannya kepada para penggarap. Lalu orang itu pergi ke tempat lain untuk waktu yang agak lama. Kebun anggur Tuhan ini yang disebut sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran.

Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, manusia tidak mungkin bisa masuk sorga karena sorga adalah tempat yang maha kudus. Tidak ada dosa sekecil apapun juga yang boleh masuk ke dalam kerajaan sorga. Tidak ada orang berdosa yang bisa hidup bersama dengan Tuhan karena Tuhan itu maha kudus. Karena itu dosa harus diselesaikan dengan penghukuman mati, tidak bisa diselesaikan dengan perbuatan manusia. Upah dosa adalah maut atau kematian. Karena Tuhan sangat mengasihi manusia, maka Tuhan menjanjikan Juruselamat kepada manusia yang ada di dunia. Sebelum Sang Juruselamat tiba, Tuhan memberikan perintah kepada manusia untuk melakukan ibadah simbolik, yang bertujuan untuk mengingatkan manusia pada janji itu, sampai Sang Juruselamat tersebut tiba. Ibadah simbolik itu berupa korban bakaran kambing domba sembelihan.

Akhirnya Juruselamat itu, Anak Domba Allah itu datang dan dihukum mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa seisi dunia. Dari zaman Adam jatuh ke dalam dosa sampai hukum Taurat diturunkan, maka seorang Ayah menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran, sekaligus sebagai imam. Dialah pokok kebenaran itu, dialah yang menjadi petunjuk akan kebenaran yang diberikan oleh Tuhan. Ketika hukum Taurat diturunkan, jabatan imam yang dulunya diberikan kepada ayah, saat itu diberikan kepada Harun. Sedangkan tiang penopang dan dasar kebenaran, yang dulu juga diberikan kepada ayah, pada saat itu diberikan kepada bangsa Yahudi. Kebun anggur Tuhan, tadinya digarap oleh ayah, sejak hukum Taurat diturunkan, digarap oleh bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi itu akan menggarap kebun anggur Tuhan sampai Yohanes Pembaptis muncul (Lukas 16:16; Matius 11:13) yang menunjuk kepada Anak Domba Allah, yaitu Yesus Kristus. Pada saat itulah ibadah simbolik selesai dan digantikan dengan ibadah hakikat. Ibadah hakikat adalah ibadah yang menyembah dengan hati, menyembah dalam roh dan kebenaran.

Memang kita bisa melihat perubahan ibadah yang terjadi setelah Tuhan Yesus datang ke dunia. Jika dulu semua ibadah disimbolisasikan, bersifat jasmaniah dan ritualistik, maka pada zaman Tuhan Yesus, semuanya itu sudah digenapi karena yang disimbolkan sudah tiba. Kalau dulu yang ditekankan adalah kesucian badan jasmaniah, maka pada saat ini yang ditekankan adalah kesucian hati / rohani. Dalam perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dijelaskan bahwa Tuhan pernah menyerahkan penggarapan kebun anggur Tuhan kepada orang Yahudi. Tuhan ingin mendapatkan hasilnya, Tuhan mengirimkan para nabi, tetapi ternyata para nabi banyak yang dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Bahkan utusan khusus, yaitu Yohanes Pembaptis juga dibunuh oleh Herodes, yaitu raja bangsa Yahudi.

Tuhan akhirnya mengirim Anak-Nya yang dikasihi. Tetapi ketika Anak yang dikasihi itu datang, Dia pun dibunuh juga. Pemilik kebun anggur itu, yaitu Tuhan akan datang dan membinasakan mereka. Tuhan Yesus adalah batu penjuru dan para rasul adalah pondasi jemaat (Efesus 2:19-20). Saat ini kebun anggur itu sudah tidak digarap oleh bangsa Yahudi, tetapi saat ini giliran jemaat Tuhan (gereja) yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Sedangkan imamnya adalah setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Siapa yang percaya kepada Yesus Kristus, dia adalah imamat yang rajani. Kita adalah imam atas diri kita sendiri.

Views: 18

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top