Jelajah PB 106 (Markus 4:33-41)

Injil Markus menyebutkan bahwa Yesus banyak menggunakan perumpamaan ketika mengajar orang banyak. Tuhan Yesus memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka. Sedangkan kepada para murid, Yesus menguraikan pengajaran-Nya secara tersendiri. Ini adalah kasih karunia Tuhan kepada para murid, termasuk kepada kita semua yang pada saat ini bisa membaca dan merenungkan firman Tuhan yang sudah dibukakan oleh Yesus sendiri.

Setelah itu para murid dan Yesus bertolak ke seberang, meninggalkan orang banyak yang baru saja menerima pengajaran dari Yesus. Di tengah danau, mengamuklah angin topan. Peristiwa ini tentu sangat diingat oleh Petrus dan mungkin sering dikhotbahkannya, sehingga Markus pun mencatat peristiwa ini. Ketika terjadi angin topan yang dahsyat, diceritakan bahwa Tuhan Yesus sedang tidur. Kita lihat bahwa Iblis selalu punya banyak cara untuk mencoba menggagalkan semua rencana Tuhan Yesus. Pada saat Iblis mencobai Yesus dan kalah, Iblis mengundurkan diri dan menunggu saat yang tepat untuk menjatuhkan Yesus dan menggagalkan rencana penyelamatan manusia.

Iblis sepertinya ingin supaya Tuhan Yesus tidak disalibkan di atas kayu salib, tetapi supaya mati tenggelam di tengah danau. Iblis mungkin juga lupa bahwa dia sedang menghadapi Tuhan yang berkuasa atas alam semesta. Dari cerita ini kita juga bisa melihat temperamen Petrus. Cerita ini dicatat agak berbeda dengan Injil yang lain. Di Injil Markus ini, kelihatan sekali bahwa Petrus marah kepada Yesus. Petrus sampai berkata kepada Yesus, “Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Inilah ciri khas dari Petrus yang selalu dominan dibanding dengan murid lainnya.

Yesus kemudian bangun dan berkata kepada danau itu, “Diam! Tenanglah!” Setelah itu, danau menjadi tenang. Danau pun mendengarkan Dia. Para murid menjadi takut. Mereka tidak bisa tidak percaya kepada Yesus. Ini adalah cerita dari saksi mata secara langsung. Alkitab yang ada di tangan kita pada saat ini adalah kesaksian para nabi dan rasul. Mereka menyaksikan sendiri kebesaran Tuhan. Mereka terlibat langsung dalam peristiwa-peristiwa yang ajaib. Jika sampai saat ini, ketika kita memberitakan Injil, masih banyak orang yang tidak percaya, mereka bukan tidak percaya kepada kita, tetapi mereka juga sedang tidak percaya kesaksian nabi dan para rasul.

Hari ini, tugas kita adalah memberitakan Injil Yesus Kristus. Pemberitaan Injil ini bukan paksaan. Tetapi orang yang sudah diselamatkan pasti akan memberitakan Injil. Ketika kita memberitakan Injil, jika ada orang yang percaya maupun ada orang yang tidak percaya, itu adalah hal yang wajar. Jangan sampai kita berkecil hati. Apalagi pada saat ini, kita punya banyak waktu dan cara untuk memberitakan Injil. Hanya saja, kita mau atau tidak.

Untuk memberitakan Injil, kita tidak perlu menjadi orang yang hebat. Kita tidak perlu meminta kuasa-kuasa yang spektakuler. Kita tidak perlu menggunakan hal-hal yang diluar batas kemampuan kita. Jangan sampai kita terperangkap di dalam kuasa Iblis. Cukup dengan kesaksian kita, baik lewat perkataan maupun perbuatan, itu sudah cukup. Bukan kesaksian hidup, tetapi kesaksian firman Tuhan yang terlebih dahulu sudah disaksikan oleh para nabi dan para rasul. Itu cara kita menabur benih. Di manapun benih itu ditabur, kita tidak perlu memikirkannya terlalu dalam. Yang perlu kita pikirkan dan lakukan adalah memberitakan Injil dan memberitakan Injil dan memberitakan Injil.

Views: 30

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top