Usahakanlah Perdamaian

Roma 12:17-21

Setiap orang pasti merindukan perdamaian. Sulit menemukan orang yang sungguh-sungguh tidak ingin merasakan perdamaian. Kalau semua orang merindukan perdamaian, mengapa masih saja ada kekerasan, peperangan, penganiayaan, bahkan pembantaian massal? Bagaimana mengusahakan perdamaian?

Ayat yang sudah kita baca menegaskan bahwa umat harus menjadi agen perdamaian, dikatakan bahwa “…. sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (ayat 18)”. Dari ayat tersebut, kita bisa melihat beberapa hal mengenai perdamaian.

  1. Perdamaian memerlukan pengampunan. Perdamaian bisa terjadi jika ada kerelaan untuk memberi pengampunan satu dengan yang lain. Pengampunan artinya tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak menyimpan akar pahit atau dendam. Pengampunan juga berarti tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (ayat 17). Seseorang yang menyimpan dendam cenderung terkena stres dan depresi yang kemudian bisa memicu berbagai macam penyakit. Pengampunan memberikan kelegaan batin, membuat hidup dipenuhi dengan sukacita dan damai sejahtera.
  2. Perdamaian membutuhkan sebuah pengakuan. Pengakuan merupakan kesadaran dan kerelaan diri untuk meminta maaf kepada pihak yang terluka atau tersakiti. Pengakuan akan membuat pihak lain menaruh kepercayaan lagi atas komitmen seseorang untuk berdamai. Pengakuan ini sering mendorong pengampunan yang sejati. Diperlukan kerendahan hati, keberanian dan komitmen yang kuat untuk menyatakan pengakuan. Pengakuan akan menciptakan kualitas hubungan yang lebih baik. Dari pengakuan, masing-masing pihak dapat memahami akar masalah yang sebenarnya. Pengakuan akan menolong kedua belah pihak secara terbuka belajar dari sebuah peristiwa. Dengan demikian di masa selanjutnya tidak mengulangi kesalahan yang sama, yang dapat mengakibatkan konflik yang serupa.
  3. Perdamaian memerlukan penyerahan total kepada kehendak Tuhan. Ini merupakan sikap menyerahkan semua keadilan di dalam tangan Tuhan sambil menyadari bahwa kita sebagai manusia yang penuh keterbatasan dan tidak mempunyai kapasitas dan hak untuk mengadili sesama (ayat 19). Penyerahan diri yang total kepada Tuhan atas segala beban kita berkaitan dengan konflik dengan sesama akan membawa ketenangan dalam batin. Percayalah bahwa Tuhan adalah hakim yang adil dan Ia juga yang akan menolong menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik.
  4. Perdamaian memerlukan pertobatan. Masing-masing pihak harus mempunyai komitmen untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang dapat menghasilkan konflik atau perpecahan terjadi kembali. Masing-masing pihak perlu melakukan evaluasi diri demi membangun relasi yang lebih baik. Sikap-sikap diri yang dapat memicu konflik harus diminimalisir bahkan dihilangkan, digantikan dengan sikap-sikap yang memupuk relasi persaudaraan yang erat dan akrab, penuh kegembiraan.
  5. Perdamaian memerlukan kasih. Kasih diwujudkan dengan tindakan nyata yang membawa kebaikan bersama (ayat 20-21). Kasih diwujudkan dalam hal memberi atau menolong orang, bahkan musuh kita. Sikap ini memerlukan pengorbanan dan kerendahan hati yang kuat. Kasih memampukan kita untuk membalas kejahatan seseorang dengan tindakan yang baik.

Marilah kita merenungkan, mempraktekkan, menghidupi dan mengajarkan perdamaian ini kepada orang-orang di sekitar kita, supaya bisa menebarkan kasih dan perdamaian.

Tuhan Yesus memberkati. Maranatha!

Views: 24

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top