Matius 5:33-37
Kebenaran sejatinya datang dan bersumber dari Tuhan. Tuhan menyatakan kebenaran dengan memberikan firman-Nya. Firman yang telah menjadi manusia, menjadi jalan kebenaran yang hakiki dan satu-satunya. Yesus berkata dalam Yoh 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Kebenaran yang bersumber dari Yesus, yang dihidupi dan diimani akan menuntun seseorang untuk bertemu dengan Bapa. Firman yang hidup itu memurnikan hati dari cengkeraman dosa. Sedangkan kuasa firman yang bergerak kuat dalam hidup, yang mendorong dengan kuat namun lembut untuk menerapkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari akan memerdekakan kita (Yoh 8:32).
Tuhan sudah mengerjakan anugerah kebenaran-Nya dengan sangat sempurna. Sekarang menjadi waktu dan bagian kita untuk mengusahakan supaya kebenaran itu benar-benar kita mengerti dan kita lakukan, sebagai respon dari karya penyelamatan dari Sang Kebenaran tersebut.
Menurut ayat yang sudah kita baca, ada hal-hal yang kita perlukan untuk mengusahakan kebenaran tersebut:
- Diperlukan komitmen (ayat 33-36). Tuhan sangat menjaga firman-Nya. Tuhan tetap berkomitmen untuk menggenapi firman-Nya meskipun alam berubah, manusia berganti dari generasi ke generasi. Janji Tuhan akan tetap berlaku dan pasti digenapi seluruhnya. Demikian juga dengan kita, untuk mewujudkan kebenaran di lingkungan kita, diperlukan tekad yang kuat dan semangat yang pantang menyerah, sampai kebenaran itu terwujud dan terlaksana dengan baik. Kata ‘peganglah’ dalam terjemahan BIMK adalah ‘harus engkau melakukannya.’ Hal ini berarti diperlukan komitmen untuk mentaati setiap kebenaran firman Tuhan, sehingga kebenaran tersebut dapat terwujud dalam masyarakat kita. Diperlukan kemauan dan usaha yang kuat dari setiap orang yang telah menjadi bagian dari masyarakat untuk mewujudkan firman Tuhan. Gerak langkah dan arah hidup harus dituntun oleh kebenaran seluruhnya.
- Diperlukan keberanian dan ketulusan (ayat 37). Untuk bisa berkata ‘ya’ atau ‘tidak’ diperlukan keberanian dan ketulusan, karena dari perkataan kita ada resiko yang berat yang harus kita hadapi dan alami. Seperti yang pernah dialami oleh Yohanes Pembaptis ketika menegur raja Herodes berhubungan dengan peristiwa Herodias. Yohanes pernah menegur bahwa tidak halal mengambil Herodias (Mat 14:1-12). Akhirnya Yohanes dipenjara dan dibunuh. Ia dibunuh bukan karena perbuatan jahat yang setimpal dengan hukuman mati, tetapi dia sedang mengusahakan suatu tatanan kehidupan etika moral yang lebih baik dan benar sesuai dengan firman Tuhan. Terkadang, seseorang tidak berani berkata yang benar atau mengusahakan yang benar karena perasaan malu terhadap sekitarnya. Dalam hal tersebut, Yesus pernah berkata dalam Luk 9:26a, “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu.”
Keberhasilan seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan, pangkat, jabatan, keturunan dan kehormata orang tuanya, tetapi dengan cara mendidik yang benar. Manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa, maka kebenaran harus selalu diajarkan dan diperjuangkan sampai terwujudnya damai sejahtera dalam kehidupan kita. Pejuang kebenaran tidak boleh berhenti meskipun ada tantangan. Diperlukan komitmen atau kesetiaan, juga keberanian serta ketulusan hati sampai kebenaran berhasil dilakukan.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 10