Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9).
Orang yang bisa membawa damai seharusnya dia sudah memiliki damai dalam hidupnya. Damai bukanlah barang titipan, tetapi apa yang ada di dalam diri kita. Di dalam Perjanjian Lama, damai berasal dari kata “shalom” atau “eirene” dalam Perjanjian Baru yang bisa diartikan sebagai sesuatu yang sudah lengkap, utuh dan tidak bisa ditambahkan lagi. Shalom atau eirene keluar dari dalam diri kita dan kita bisa melakukan segala sesuatu yang terbaik. Shalom ternyata bukan hanya sekedar salam, tetapi orang yang mengatakannya seharusnya sudah hidup didamaikan oleh Tuhan.
Untuk perbandingan, ada pertanyaan yang harus dijawab, supaya kita bisa melihat damai yang sebenarnya menurut ayat ini: Apakah orang yang memberikan uang pada saat terkena tilang itu bisa disebut sebagai pembawa damai? Apakah orang yang tahu orang lain salah tetapi dia tidak menegurnya supaya hubungan mereka tetap baik itu bisa disebut sebagai pembawa damai? Apakah berbohong demi kebaikan itu termasuk pembawa damai? Kalau Yesus adalah pembawa damai (Raja Damai – Yesaya 9:5), mengapa dia malah dibenci oleh tokoh-tokoh agama Yahudi dan bahkan sampai saat ini masih diolok-olok oleh banyak orang?
Kita harus bisa membedakan antara “mendamaikan” dengan “meredakan”. Damai yang diberikan oleh Tuhan bukanlah damai yang murahan. Yesus harus membayar harga yang sangat mahal, bahkan tidak ternilai harganya, sehingga Ia bisa memperdamaikan diri-Nya dengan umat manusia. Artinya, untuk menjadi pembawa damai, orang percaya seringkali harus membayar harga yang mahal.
Jika ayat ini dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka paling tidak ada 3 hal yang bisa kita pelajari:
- Damai sejahtera tidak bisa dipisahkan dari kekudusan. Mereka selalu berjalan beriringan. Artinya, jika tidak ada kebenaran, maka tidak akan ada damai sejahtera. Karena memang Tuhan tidak berkenan kepada dosa dan orang-orang yang melakukan dosa. (Bandingkan dengan Ibrani 12:14). Ketika orang berbuat dosa, maka damai di dalam hatinya akan hilang.
- Damai hanya ada di dalam Yesus. Hanya ada di dalam Yesus keselamatan itu hadir. Orang yang percaya kepada Yesus akan menjadi manusia baru. Manusia baru dengan kehidupan yang baru akan membawa hidup dalam damai.
- Baik dan jahat tidak bisa disatukan. Kebenaran pasti akan ditentang oleh kejahatan. Kita tidak akan hidup damai kalau kita membiarkan kebenaran dan kejahatan itu hadir bersama-sama di dalam diri kita. Jika itu terjadi, kita akan menjadi orang yang paling sengsara di dunia, karena diri kita sudah menjadi medan pertempuran. Itu sebabnya Tuhan menuntut komitmen yang total dalam diri kita.
Bandingkan Matius 10:34 dengan Lukas 2:14. Alkitab ternyata tidak pernah menjanjikan damai sejahtera bagi bumi, melainkan damai sejahtera bagi orang yang benar, bagi orang yang berkenan kepada Tuhan dan yang mengasihi kebenaran. Kedatangan Yesus ke dalam dunia ini sebenarnya justru meningkatkan peperangan melawan kejahatan. Karena itu Yesus tidak datang membawa damai melainkan pedang, karena yang baik dan yang jahat memang tidak bisa bersatu. Bahkan peperangan itu akan semakin meningkat karena manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang (Yohanes 3:19). Kesimpulannya, semakin kita hidup dalam kebenaran, kita akan semakin menderita. Semakin baik kita, semakin benar kita, maka semakin keras penolakan, kepahitan dan aniaya yang akan kita hadapi. Apakah kita siap dengan hal itu? Ataukah cari aman saja?
Itulah peperangan rohani yang sebenarnya. Ketika kita hidup dalam kebenaran dan kebaikan, maka kita sudah menjadi salah satu target setan.
Walaupun hal itu terjadi, kita akan disebut sebagai anak-anak Allah. Anak-anak Allah pasti ada di dalam Yesus. Dan Yesus sudah mengatakannya terlebih dahulu dalam Yohanes 16:33. Tuhan akan memberikan damai sejahtera itu. Itulah sebabnya Paulus tetap bersukacita dan mengucap syukur walaupun di dalam penjara.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Referensi Alkitab:
Yesaya 9:5, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”
Ibrani 12:14, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.”
Matius 10:34, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.”
Lukas 2:14, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”
Yohanes 3:19, “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.”
Yohanes 16:33, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
Views: 3