Matius 5:3-12
Setiap orang yang sudah percaya kepada Tuhan pasti menginginkan berkat Tuhan. Hal itu sering kita dengar pada saat orang-orang percaya sedang berdoa kepada Tuhan. Berkat itu bisa berarti banyak hal, tetapi biasanya lebih diarahkan kepada materi dan kesehatan.
Khotbah Yesus di bukit, seperti yang sudah kita baca, merupakan khotbah khusus yang diberikan kepada murid-murid Yesus. Disebut khotbah khusus karena pada saat itu Yesus sedang menjauhkan diri dari orang banyak. Dia naik ke atas bukit, hanya diikuti oleh para murid-murid dan kemudian Dia mengajarkan khotbah di bukit ini. Artinya, secara khusus khotbah ini hanya ditujukan kepada orang-orang yang siap menjadi murid Kristus.
Khotbah Yesus di bukit menggambarkan bagaimana hidup menjadi murid Yesus. Jika dilihat sekilas, ajaran tersebut banyak bertentangan dengan pemikiran dan sikap hidup manusia pada umumnya. Tetapi itulah syarat untuk mendapatkan berkat Tuhan. Ternyata, untuk menjadi murid Yesus yang sejati bukanlah hal yang mudah. Banyak hal yang harus dilakukan dan tantangan yang harus dihadapi. Ini adalah gambaran murid yang ideal dan upah apa yang akan diperolehnya, baik di hidup saat ini dan yang akan datang. Tetapi Yesus tidak akan pernah meninggalkan murid-Nya.
Kata “berbahagialah” berasal dari kata Yunani “makarioi”, yang artinya: diberkatilah (KJV-blessed), berbahagia, beruntung. Hal ini merujuk pada sukacita jiwa yang mendalam. Berkat merupakan lawan dari kutuk (celaka), dan kata ini mempunyai hubungan erat dengan perjanjian antara Tuhan dengan umat-Nya. Siapa yang taat kepada firman akan diberkati oleh Tuhan dan menjadi orang yang berbahagia. Sebaliknya, siapa yang tidak taat kepada Tuhan dan melanggar perjanjian tersebut, maka ia akan menerima kutuk dan hidupnya tidak akan berbahagia. Orang yang digambarkan oleh Yesus dalam bagian ini memiliki karakter dan gaya hidup yang berkebalikan dengan orang yang masih hidup di “luar kerajaan Sorga.” Jika dilihat lebih dalam, ucapan bahagia ini tidak berdasarkan pada apa yang kita lakukan, tetapi pada apa yang kita terima.
Ucapan bahagia tersebut dibuka dan ditutup dengan kalimat “karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Bagi orang yang percaya, kita disebut sebagai “yang empunya Kerajaan Sorga.” Kerajaan Sorga (Luk 6:20, disebut Kerajaan Allah) disini dalam pengertian sudah datang dan yang akan datang. Artinya, Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah ini bukan hanya sebagai sesuatu yang akan kita alami berkatnya pada masa yang akan datang, tetapi sudah dan sedang kita alami sekarang.
Yang lebih penting daripada itu, kita yang sudah percaya kepada Tuhan mempunyai kepastian akan hidup yang kekal di Sorga, sehingga kita harus menjadikan Yesus sebagai Raa dalam kehidupan kita sekarang. Kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk dipimpin oleh Roh Kudus, sehingga kita taat akan kehendak dan firman-Nya. Dengan cara demikian, kita akan menjadi orang yang berbahagia atau diberkati di dalam Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 19