Tuaian Banyak Pekerja Sedikit

Matius 9:35-38

Yesus menaruh harapan besar kepada para murid untuk melanjutkan pelayanan-Nya di bumi. Kurang lebih tiga setengah tahun Ia mengajar dan mempersiapkan para murid untuk diutus melaksanakan tugas pelayanan misi di dunia. Yesus juga telah banyak memberi teladan dalam pengajaran dan dalam pelayanan kepada orang-orang yang berbeban berat.

Di bulan kemerdekaan Indonesia, HUT RI ke-78 ini, kita patut bersyukur karena pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah sangat pesat. Kita bisa merasakan hal-hal yang lebih baik. Meskipun demikian, sepertinya persoalan tidak pernah selesai. Orang Kristen sebagai bagian dari bangsa ini, kita juga bisa terlibat aktif melaksanakan tugas panggilan untuk bersaksi, membangun bangsa dalam rangka menegakkan kebenaran, keadilan, kasih, perdamaian dan menjaga keutuhan ciptaan Tuhan.

Pelayanan Yesus dilakukan dengan cara berkeliling ke berbagai tempat. Ia melaksanakan penginjilan dengan kuasa. Ia mengajar di dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga. Dia melayani dengan istilah “menjemput bola”. Dari sana, Tuhan Yesus mengetahui keperluan masyarakat Yahudi. Tetapi pelayanan Yesus seringkali ditolak. Mereka hanya ingin berkat jasmani dan materi, ingin mujizat dan makanan, tetapi hati dan pikirannya tidak mau berubah. Pola pikir orang Yahudi terkenal sulit untuk berubah, tegar tengkuk sejak zaman Musa.

Yesus juga memberi contoh kepada kita untuk melayani dengan sepenuh hati. Melihat banyak orang yang datang berbondong-bondong kepada-Nya, Ia tergerak hati oleh belas kasihan. Mereka seperti domba yang tidak bergembala. Pelayanan ini perlu kita lanjutkan. Pelayanan ini memerlukan biaya yang cukup mahal. Sebagai orang percaya, kita punya tanggung jawab untuk membiayai pelayanan ini. Orang percaya harus bekerja keras, karena tanggungjawabnya ganda, yaitu memenuhi keperluan keluarga, juga memenuhi keperluan pemberitaan Injil serta pelayanan kasih.

Injil diberikan cuma-cuma oleh Yesus Kristus. Tetapi cuma-cuma itu bukan murahan. Banyak pengorbanan yang perlu dilakukan. Yesus sendiri berkorban menyerahkan nyawa-Nya. Para rasul, ketika meneruskan berita Injil ini juga tidak mudah. Mereka mendapatkan banyak tantangan dan sebagian besar mereka juga berkorban nyawa. Penerusnya, para bapa-bapa gereja dan para penginjil, tidak mudah untuk meneruskan firman Tuhan itu, sampai kita hari ini mendengarnya dan kita diselamatkan. Jangan sampai berita keselamatan ini berhenti di generasi kita, tetapi perlu dilanjutkan ke generasi selanjutnya. Saat ini, kitalah yang memiliki tanggungjawab tersebut.

Yesus memberi teladan supaya kita melayani bersama di dalam tim atau komunitas orang percaya. Tuaian banyak tetapi pekerja sedikit. Kita perlu tim pelayanan untuk mengerjakan semuanya ini, tidak bisa sendiri-sendiri. Setiap orang diberi karunia dan talenta masing-masing, semuanya itu untuk pelayanan pemberitaan Injil yang efektif serta efisien. Jika kita tidak bisa memberitakan Injil dengan perkataan, paling tidak dengan perbuatan kita. Jika kita tidak bisa diutus untuk memberitakan Injil di tempat-tempat tertentu, maka kita yang patut membiayainya.

Dari dulu, penginjilan itu tidak mudah. Mengubah pola pikir dan kebiasaan seseorang itu tidak mudah, apalagi sudah mendarah daging dan turun temurun. Petrus bahkan sempat ditegur oleh Paulus, karena ia tidak bisa keluar dari lingkaran keyahudian. Penginjilan artinya pengorbanan. Penginjilan bukan hanya sekedar menjadikan orang lain beragama Kristen, tetapi menjadikan mereka benar-benar sebagai murid Yesus Kristus.

Pada akhirnya, kita ingin supaya gereja kita menajdi bagian dari komunitas Mennonite di Indonesia yang siap bersaksi, tersusun rapi sebagai batu-batu hidup, yang siap untuk dipakai membangun GKMI sebagai komunitas yang hidup.

Views: 9

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top