Markus 10:17-27
Jika kita membaca Alkitab, kita melihat di beberapa bagian bahwa seolah-olah, orang kaya selalu disindir atau dianggap tidak baik, terutama di dalam Perjanjian Baru. Tetapi dalam kenyataannya, hari-hari ini banyak orang percaya yang memiliki kekayaan. Di dalam Perjanjian Baru, justru orang-orang percaya memberikan harta mereka untuk pelayanan atau membantu saudara seiman lainnya. Para murid bahkan harus meninggalkan pekerjaan mereka sehari-hari untuk mengajar dan memberitakan Injil. Yesus sendiri dikisahkan tidak memiliki harta benda yang banyak. Bahkan di dalam Matius 8:20 atau Lukas 9:58 dikatakan bahwa Yesus sendiri tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Paulus di dalam 1 Timotius 6:8 mengatakan bahwa asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
Di dalam kisah Alkitab yang kita baca saat ini, ada seorang muda yang kaya, ia berlari-lari untuk menemui Yesus. Ia ingin bertanya tentang cara untuk bisa memperoleh hidup yang kekal. Ia menyebut Yesus sebagai Guru yang baik. Yesus kemudian menjelaskan bahwa yang berbuat baik itu hanya Tuhan. Sebenarnya Yesus ingin supaya orang kaya tersebut sadar bahwa yang ada dihadapannya adalah Tuhan. Tetapi ternyata orang muda kaya itu tidak fokus ke hal tersebut. Dia lebih fokus kepada perbuatan daripada percaya. Bahkan di dunia ini masih banyak orang yang menganggap bahwa perbuatan kita bisa membuat kita masuk Surga atau hidup kekal. Tuhan Yesus telah mengajarkan dengan jelas bahwa keselamatan tidak tergantung dari perbuatan kita, tetapi dari iman percaya kita kepada-Nya.
Di dunia ini, tidak ada orang yang bisa melaksanakan hukum Taurat dengan sempurna. Tetapi orang muda kaya itu mengaku bahwa ia telah melaksanakan semua hukum Taurat sejak masa mudanya. Dari pengakuannya itu, sepertinya ia hebat, tetapi sebenarnya ia sedang menunjukkan kesombongannya. Tidak mudah bagi manusia untuk mengakui dosa atau pelanggaran. Hari-hari ini, banyak orang yang seolah-olah sudah hidup baik, seolah-olah tidak pernah berbuat dosa, seolah-olah apa yang dilakukannya sudah sempurna. Tetapi orang-orang seperti ini terlalu egois dan sombong. Orang kaya, jika tidak hati-hati, akan masuk ke dalam perangkap ini, yaitu kesombongan. Kesombongan itu yang membuat hati nurani bisa tertutup, tidak bisa mendengar pendapat atau pengajaran orang lain. Orang muda kaya itu tidak bisa mendengar pengajaran Yesus secara murni.
Yesus kemudian memberi tantangan kepada orang muda kaya tersebut, yaitu menjual semua harta miliknya dan mengikut Yesus. Karena ia merasa bahwa kekayaan itu adalah hasil jerih payahnya, bukan karena berkat Tuhan, maka orang muda kaya itu lebih memilih untuk meninggalkan Yesus. Dari sudut pandang kita sebagai pembaca Alkitab masa kini, mungkin di dalam hati kita menghakimi orang muda kaya tersebut. Tetapi kita sendiri mungkin tidak tahu, apa yang harus kita lakukan jika diperhadapkan dengan posisi demikian. Kita yang mungkin tidak kaya, sepertinya juga memiliki keinginan untuk memiliki harta kekayaan yang banyak. Kita mungkin berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendapatkan kekayaan. Bahkan mungkin kita juga berjanji kepada Tuhan, seandainya memiliki ini dan itu, saya akan melakukan ini dan itu untuk Tuhan. Tetapi biasanya, janji tinggal janji. Dari hal yang kecil saja, kita mungkin cenderung untuk ingkar janji, apalagi hal yang besar.
Selanjutnya Yesus berkata bahwa orang kaya sukar masuk Surga. Kemiskinan itu ujian, tetapi kekayaan itu ujian yang lebih berat. Mendengar perkataan Yesus itu, para murid menjadi tercengang (Matius 19:25, gempar). Yesus bahkan membandingkan kesukaran orang kaya masuk Surga dengan seekor unta yang lebih mudah untuk melewati lobang jarum. Artinya, kekayaan adalah ujian yang sangat berat. Gambaran itu ingin memperlihatkan bahwa orang kaya mustahil masuk Surga. Kesombongan seseorang bisa mengakibatkan ia mustahil untuk masuk Surga. Jika kita lihat hari ini, bukan kekayaan saja yang membuat kita sombong dan tidak mau rendah hati. Hal-hal lain yang hampir mirip dengan status kaya adalah posisi senior, jabatan tinggi dan pendidikan tinggi. Intinya, yang membuat orang sukar masuk Surga bukan kekayaannya, tetapi kesombongannya.
Dalam kesimpulan, Yesus mengatakan bahwa segala sesuatu adalah mungkin bagi Tuhan. Kita tidak dilarang untuk kaya, tidak dilarang untuk menjadi senior, tidak dilarang untuk memiliki jabatan tinggi dan tidak dilarang untuk memiliki pendidikan tinggi. Yang perlu kita hindari adalah sombong dan egois. Sebagai orang percaya, kita patut terus menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Ingatlah bahwa hidup kita bukan kita lagi, tetapi seharusnya Yesus yang ada di dalam hidup kita.
Views: 9