Pekerja-pekerja Tuaian

Lukas 10:1-12

TB 2 LAI:

(1) Setelah itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. (2) Kata-Nya kepada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang punyai tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (3) Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. (4) Jangan membawa pundi-pundi atau kantong perbekalan atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. (5) Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. (6) Jikalau di situ ada orang yang cinta damai, salam damaimu itu akan tinggal padanya. Namun, jika tidak, salam damaimu itu kembali kepadamu. (7) Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. (8) Jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, (9) dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. (10) Tetapi, jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: (11) Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan terhadapmu. Namun, ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. (12) Aku berkata kepadamu: Pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.”

Kita hidup di zaman yang aneh dan tidak pernah terpikirkan oleh para pendahulu kita. Teknologi hari-hari ini membuat kita mudah terhubung satu dengan yang lain. Dalam hitungan detik, setiap orang dari berbagai penjuru dunia bisa terkoneksi. Kita bisa berbicara kepada siapa saja dan kapan saja. Tetapi, justru banyak orang semakin merasa kesepian atau seorang diri. Media sosial membuat kita memiliki banyak teman secara virtual atau di dunia maya, tetapi membuat kita tidak memiliki relasi nyata. Dunia terasa ada di genggaman kita, tetapi hati manusia menjadi kosong.

Hidup manusia semakin cair dan cepat berubah. Misalnya, berbicara mengenai relasi (hubungan) dan komitmen, semakin hari semakin cepat berubah dan terkesan dangkal. Kita bisa terseret dalam arus ini, sehingga lupa dengan kehidupan nyata. Hidup ini bukan hanya tentang saya atau kita, tetapi juga tentang Tuhan dan sesama. Kita dipanggil menjadi “pekerja-pekerja tuaian”, bukan penonton.

Ayat yang sudah kita baca, merupakan lanjutan dari peristiwa ketika Tuhan Yesus memutuskan untuk pergi menuju ke Yerusalem (Lukas 9:51). Ini merupakan keputusan yang serius, karena pergi ke Yerusalem artinya siap menuju ke pembantaian, penyaliban. Dalam perjalanan, Tuhan Yesus mengutus tujuh puluh murid untuk diutus. Kata-kata Yesus pada waktu mengutus mereka, murid-murid itu diutus “seperti anak domba di tengah serigala.” Domba saja sangat rentan, apalagi ini anak domba. Fokus utama pemberitaan yang disampaikan oleh para murid adalah membawa kabar damai sejahtera dalam kesederhanaan.

Tuhan juga memberitahu konsekuensi jika orang menolak kabar damai sejahtera itu. Jika kita ingat dengan khotbah minggu sebelumnya, tidak semua orang mau menerima kabar damai sejahtera itu. Kabar itu bisa menimbulkan pertentangan dan sakit hati bagi mereka yang hidup dalam ketidakbenaran. Tetapi Tuhan memberitahu kepada mereka, bahwa jika orang-orang menolak kabar damai sejahtera itu, bahkan Sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu. Jika kita sebagai sebuah jemaat atau gereja berada di suatu daerah, maka daerah itu menjadi tanggung jawab kita untuk menyampaikan kabar damai sejahtera itu.

Para murid itu bukan hanya diutus dalam kondisi rentan dan sederhana, tetapi mereka juga tidak dibekali dengan fasilitas apapun. Tidak diperbolehkan untuk membawa bekal atau kasut (ayat 4). Mereka benar-benar harus bergantung kepada Tuhan, seutuhnya dan sepenuhnya. Pengutusan ini bukan sekedar berbicara mengenai kekuatan atau strategi, tetapi berbicara tentang kepercayaan penuh kita kepada Tuhan. Bahkan ketika Tuhan Yesus naik ke Surga, Dia tidak memberi fasilitas apa-apa kepada para murid.

Kondisi yang terjadi: tuaian banyak tetapi pekerja sedikit. Tidak banyak orang yang tertarik untuk menjadi pekerja Tuhan, karena tanpa kita sadari, seringkali kita mengkondisikan hal itu. Coba saja kita bertanya kepada anak-anak kita, kenapa mereka tidak mau menjadi pekerja Tuhan penuh waktu? Semakin hari, semakin sulit kita menemukan pekerja Kristus yang memiliki motivasi murni, memiliki kecerdasan yang maksimal, memiliki moralitas yang tinggi.

Para murid diutus ke tempat-tempat yang hendak dikunjungi oleh Tuhan Yesus. Tugas kita sebagai pekerja Kristus adalah membuka jalan bagi Kristus, membuka hati setiap orang untuk mau menerima Kristus. Gereja tidak dipanggil untuk diam atau jalan ditempat, tetapi dipanggil untuk pergi dan menghasilkan buah. Ladang yang menguning itu ada di sekitar kita, di dekat kita. Kita tidak perlu takut untuk ditolak, karena sejatinya penolakan itu adalah bagian terdekat dari misi. Tuhan Yesus saja ditolak, apalagi kita.

1 Korintus 15:58 menyerukan kepada kita, “Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab, kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top