Yesaya 50:4a
Tekanan ekonomi yang kian menghimpit dan ketidakpastian masa depan menjadi pemicu meningkatnya gejala gangguan mental (stress). Ketidakmampuan mengelola stress akan membawa konsekuensi yang cukup serius, sebagaimana banyaknya peristiwa di luar akal sehat yang sering kita jumpai akhir-akhir ini. Pada kondisi kemasyarakatan seperti inilah keberadaan kita sebagai murid Kristus dengan perkataan-perkataan yang berpengharapan, membangun, mencerahkan, dan membangkitkan sangat diperlukan.
Yesaya berkata: “TUHAN ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan selalu dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.” Ayat ini menggambarkan jelas bahwa begitu pentingnya keberadaan seorang murid sehingga Tuhan menggunakannya sebagai sebuah ilustrasi/gambaran.
Seorang murid pada zaman dahulu kala, tidak sama keadaannya seperti di zaman sekarang ini. Sekarang, murid yang menentukan siapa yang jadi gurunya. Di zaman purba malah sebaliknya. Guru yang menentukan siapa yang boleh menjadi muridnya. Guru yang memilih murid. Menarik untuk disimak, Tuhan memilih nabi Yesaya menjadi murid bagi Tuhan sendiri. Bukankah keberadaan kita sebagai orang beriman sama seperti itu? Bukan kita yang memilih menjadi murid Tuhan Yesus, melainkan Yesus sendiri yang memilih kita jadi murid-Nya. Pengalaman Yesaya juga dapat menjadi pengalaman kita. Tuhan memberikan kepadanya lidah seorang murid, dengan maksud agar Yesaya dapat melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Adapun ciri khusus seorang murid Tuhan adalah memiliki lidah seorang murid (lidah yang merdeka) untuk memperkatakan sesuatu yang membangun dan memberi semangat kepada orang lain.
Dalam Amsal 18:21, dikatakan: “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Artinya, jika kita menggunakan lidah kita untuk mengeluarkan perkataan kebenaran yang membangun, penuh semangat dan hal-hal yang positif untuk membawa damai, maka kita pun akan menuai kebaikan dan menjadi berkat bagi setiap orang yang mendengar perkataan kita, seperti yang tertulis dalam Efesus 4:29, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Sebagai murid Tuhan Yesus Kristus, mari gunakan perkataan firman dan kebenaran yang membangun. Ketika kita bekerja dan memiliki suatu posisi/jabatan tertentu, maka gunakan dan perkatakan firman Tuhan yang penuh dengan kuasa itu, dengan tujuan untuk mempengaruhi banyak orang supaya mereka mengenal dan semakin taat pada Yesus Kristus.
Dalam konteks sebagai orang yang percaya, lidah adalah bagian kecil dari anggota tubuh manusia yang memiliki peranan sangat besar dalam perjalanan kehidupan maupun kehidupan berjemaat. Lidah dapat digunakan untuk tujuan yang baik atau merusak, tergantung dari manusia yang menggunakannya. Sebagai murid Yesus haruslah kita memiliki sikap yang merdeka menggunakan lidah kita sebagai alat untuk menyatakan kebenaran, kasih, membangun, memberi dorongan dan semangat kepada sesama sehingga dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 3