Yohanes 3:14; Bilangan 21:4-9
Sesuai dengan ayat yang sudah kita baca, Tuhan menyuruh ular-ular tedung yang terkenal sangat beracun dan ganas ke tengah-tengah bangsa Israel. Hal itu terjadi karena Israel mengeraskan hati. Bangsa Israel suka mengeluh dan bersungut-sungut. Mereka sering membandingkan masa kini dengan masa lalu pada saat mereka hidup di Mesir. Bangsa Israel selalu mengarahkan pandangannya ke masa lalu, padahal mereka tahu bahwa tidak ada pengharapan apapun di Mesir.
Hal ini dilakukan berulang-ulang oleh bangsa Israel. Di dalam Bilangan 14:2-4 tercatat bahwa mereka meraung-raung, menangis, bersungut-sungut ingin kembali ke Mesir. Bahkan mereka ingin mengganti kepemimpinan Musa yang dianggap tidak bisa dipercaya dan tidak bisa memimpin karena membahayakan hidup mereka. Mereka bukan hanya melawan Musa dan Harun, tetapi juga melawan Tuhan. Manna atau roti sorga pun tidak mereka hargai, mereka menganggap makanan itu hambar dan muak (ayat 5b).
Ketika Tuhan mengirimkan ular tedung itu dan banyak di antara mereka mati dipagut ular, maka bangsa Israel pun bertobat (ayat 7). Lalu Tuhan menyuruh Musa membuat ular tembaga dan Musa meletakkan ular tembaga itu pada sebuah tiang. Barangsiapa yang terpagut ular tedung kemudian memandang ular tembaga itu, ia tidak akan mati.
Manna dan ular tembaga adalah tanda kasih dan keselamatan dari Tuhan. Banyak sekali tanda keselamatan yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel. Tetapi mereka tidak mau mengerjakan keselamatan yang telah mereka terima. Bangsa Israel berulang kali mengkhianati Tuhan dan berbuat dosa. Dan dengan penuh kesabaran, Tuhan selalu mengampuni mereka dengan belas kasihan-Nya.
Dalam kehidupan kita, bukankah kita sering terjebak dalam kehidupan seperti orang Israel. Sering menganggap hidup ini penuh masalah dan kesesakan, padahal Tuhan sudah seringkali menolong kita. Manusia yang jenuh dengan kehidupannya, tidak akan bisa lagi melihat rahmat Tuhan sebagai sesuatu yang istimewa. Di awal, manna adalah hal yang istimewa bagi bangsa Israel. Tetapi, lama kelamaan manna itu terasa hambar dan memuakkan. Sama halnya dengan kita yang tidak mau mensyukuri udara, air, tanah, orang-orang yang dekat dengan kita, karena itu sudah menjadi hal yang biasa, bukan hal yang istimewa. Akhirnya kita menyia-nyiakan semuanya itu. Mari mulai belajar untuk mengistimewakan hal-hal yang dulu memang istimewa dan sekarang sudah menjadi biasa.
Yesus ditinggikan sama seperti ular tembaga yang ditinggikan oleh Musa. Yesus ditinggikan untuk dihina dan dilecehkan, bukan dimuliakan, karena membawa dosa seluruh dunia. Ular adalah simbol Iblis, tetapi pada saat Yesus ditinggikan, dia ditinggikan dengan simbol Iblis atau dosa. Ini adalah penghakiman untuk dosa yang dilakukan oleh semua manusia di dunia, termasuk kita. Bukankah ini sesuatu yang istimewa yang Tuhan berikan kepada kita?
Tetapi, sama seperti bangsa Israel, manusia tidak selalu mampu mengerjakan keselamatan yang telah diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma. Keselamatan akhirnya menjadi hal yang biasa, sama seperti manna. Akhirnya orang-orang percaya kehilangan penglihatan iman dan kepekaan rohaninya, atau dalam kitab Wahyu disebut ‘suam-suam kuku, tidak dingin atau panas’.
Karena itu, marilah kita berbuat dan berperilaku sebagai orang yang telah diselamatkan dari dosa-dosa dan bukan sebagai orang yang berdosa. Itulah makna keselamatan cuma-cuma dalam Kristus.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 15