Mengawali Tahun Bersama Tuhan

Amsal 3:5-6

Tahun baru seringkali menjadi awal bagi banyak orang untuk memulai sesuatu yang baru dan diharapkan menjadi lebih baik. Di akhir tahun, orang-orang yang bijak akan melihat kembali kisah-kisah di tahun sebelumnya, untuk berusaha menata hidup di tahun yang baru. Biasanya akan ada keinginan dan harapan-harapan yang baru. Semuanya berjalan secara periodik, terkesan rutinitas, tetapi tahun baru akan tetap membawa kita kepada sesuatu yang baru, yang mungkin belum pernah kita lakukan di tahun-tahun sebelumnya.

Segala sesuatu tidak akan ada, tidak akan berproses dan tidak ada akhir, jika tidak ada awal. Kita melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, tahun akan berganti dengan tahun. Jika di awal tahun kita tidak melakukan apa-apa, kita tidak akan mendapatkan apa-apa, tetapi hari-hari, bulan-bulan akan tetap berjalan, sampai tahun berakhir dengan sendirinya. Waktu terus berputar. Jika kita tidak mengimbangi perputaran waktu itu dengan perbuatan yang baik dan berguna, maka kita akan ketinggalan banyak hal.

Ketika kita mengawali tahun ini, maka langkah kita seharusnya ke depan, bukan ke belakang atau ke kanan dan ke kiri. Kita harus memiliki pijakan yang kuat dalam melangkah. Kita tidak boleh tersandera dengan masa lalu, karena semua yang sudah berlalu hanya bisa menjadi kenangan. Yang terpenting adalah keputusan kita saat ini, karena itulah yang akan menentukan kita ke depan.

Untuk mengawali tahun ini, pijakan yang kuat adalah “percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.” Percaya penuh kepada Tuhan, memiliki iman yang kuat kepada Tuhan. Iman ini bukan mengarah kepada hal duniawi atau jasmani. Iman ini artinya kita siap untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika kita percaya kepada Tuhan, kita tidak berhak untuk mengatur Tuhan, tetapi Tuhan yang berhak untuk mengatur kita. Hal yang harus kita lakukan adalah mengerjakan keselamatan, melakukan kehendak Tuhan sesuai dengan firman-Nya.

Percaya kepada Tuhan, mengakibatkan kita tidak bersandar pada pengertian kita sendiri yang sangat terbatas. Segala sesuatu yang kita rencanakan dan akan kita lakukan, semuanya diserahkan kepada Tuhan, supaya yang kita lakukan adalah sesuatu yang berkenan kepada Tuhan. Tujuan hidup kita harus menyenangkan Tuhan, bukan menyakiti hati Tuhan. Jika kita bisa sampai tahap ini, maka kita sudah selesai dengan hidup kita. Tidak akan ada kekhawatiran yang berarti yang akan menimpa kita. Tidak ada ketakutan yang kuat, yang akan hadir dalam hidup kita. Semua itu terjadi, karena kita percaya penuh kepada Tuhan.

Pengertian diri sendiri yang terbatas, itulah yang membuat manusia mengalami ketakutan dan kekhawatiran akan hari depan yang masih misteri. Ketakutan dan kekhawatiran itu yang membuat banyak orang tidak berani dan tidak bisa melangkah. Kita tidak mau mengambil resiko, karena secara pikiran manusia, selalu ada resiko yang besar di hadapan kita. Iman itu berbeda dengan nekad. Jika kita beriman, kita melakukan segala sesuatu atas firman Tuhan. Nekad, orang berani melakukan sesuatu karena memang tidak ada pilihan lain, resiko urusan belakang.

Ketika kita percaya penuh kepada Tuhan, maka kita harus mengakui Dia di dalam segala perilaku kita. Perkataan dan perilaku kita harus mencerminkan sebagai anak Tuhan. Ketika kita melakukan sesuatu, kita memiliki batas kewajaran. Kita juga tidak melenceng dari firman Tuhan. Mengakui Dia dalam setiap perilaku kita, akan menjadi benteng atau pagar yang baik, supaya kita berjalan lurus sesuai dengan jalan Tuhan. Dengan sendirinya, Tuhan akan meluruskan jalan kita. Bukan berarti kita tidak akan menghadapi tantangan. Tetapi, sekalipun ada tantangan, itu semua tidak akan membelokkan iman kita.

Views: 4

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top