Ibrani 1:1-4; 4:15
Pada dasarnya, manusia tidak mau diduakan. Memang ada beberapa yang mau diduakan. Tetapi, jika ditanya dan mau menjawab dari lubuk hati yang paling dalam, tidak ada manusia yang mau diduakan. Anehnya, tanpa sadar banyak orang rela untuk menduakan Tuhan. Akhirnya muncul standar ganda, kita tidak mau diduakan, tetapi dalam kenyataannya sering menduakan Tuhan. Pertanyaan yang muncul, ketika kita mencoba untuk menduakan Tuhan, itu bukti kasih atau bukti bahwa manusia ingin memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan diri sendiri?
Sebelum masa reformasi gereja yang diprakarsai oleh Martin Luther, kekristenan sempat bercampur aduk. Bagi kekristenan pada waktu itu, Yesus Kristus tidak cukup. Akhirnya ada tambahan tokoh lain, yang pada akhirnya diagungkan atau ditinggikan. Bahkan seringkali pengagungan tokoh lain itu melebihi pengagungan kepada Yesus Kristus. Gereja reformasi, termasuk kita saat ini, bisa saja terjebak pada hal tersebut. Sadar atau tidak sadar, itu bisa terjadi, karena pengaruh yang kuat dari tradisi atau pencampuran kepercayaan tertentu. Akhirnya, Yesus tidak lagi menjadi satu-satunya Juruselamat. Yesus tidak lagi menjadi satu-satunya perantara antara Bapa dengan manusia berdosa. Ada tokoh lain yang memiliki kebaikan, yang bisa menggantikan Yesus.
Menjelang natal, ada tokoh yang dimunculkan untuk menambah bahkan menggantikan tokoh utama. Gambarannya menyerupai tokoh yang ditulis di dalam Wahyu 1:13-15. Dulu, tokoh ini diperkenalkan dari negara barat. Pada akhirnya, tokoh ini mendunia dan identik dengan natal. Dia muncul menjadi tokoh drama (cerita anak), muncul dalam aksesoris, gambar, karikatur, topi, bahkan lagu. Yesusnya menjadi nomor dua, bahkan hilang.
Penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa di zaman dulu (zaman Perjanjian Lama), Tuhan berbicara kepada nenek moyang dengan perantaraan para nabi. Tetapi, sejak Yesus hadir sebagai manusia di dunia, maka Bapa telah berbicara kepada kita melalui perantaraan Anak-Nya. Yesus bukan manusia biasa. Karena oleh Dia, Tuhan telah menjadikan alam semesta. Pernyataan ini semakin jelas ketika kita membaca Yohanes 1:1 dan 3, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah… Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”
Kekristenan menjadi eksklusif. Banyak jalan menuju Roma, tetapi hanya satu jalan menuju Surga. Petrus dengan tegas mengatakan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12).
Saat ini, benarkan kita mengasihi Tuhan Yesus Kristus? Jika iya, apa buktinya? Ataukah selama ini kita sedang memanfaatkan Dia, untuk kesenangan dan kepuasan kita? Sikap kita kepada Yesus Kristus akan nampak, paling sederhana adalah dari doa-doa yang kita sampaikan kepada-Nya. Jika kita mengasihi Tuhan, maka pikiran kita akan mengarah kepada segala sesuatu yang ingin kita berikan dan persembahkan kepada-Nya. Jika kita memanfaatkan Dia, maka pikiran kita akan mengarah pada segala sesuatu yang bisa diberikan oleh Dia kepada kita, terutama hal-hal duniawi. Yang kita inginkan adalah keinginan diri sendiri, bukan kehendak-Nya atas hidup kita.
Views: 3