2 Korintus 9:6-8
(6) Perhatikanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga (7) Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. (8) Lagi pula, Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai perbuatan baik.
Ada prinsip penting dalam kehidupan orang percaya, yaitu prinsip menabur dan menuai. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah ini berkaitan dengan kegiatan pertanian. Dalam kehidupan rohani, menabur dan menuai dipakai oleh Tuhan untuk menjadi gambaran tentang siklus kehidupan. Pada akhirnya, menabur dikaitkan dengan memberi, yang juga menjadi bagian penting dalam kehidupan orang percaya. Di dalam pemikiran rohani, ketika kita memberi sesuatu baik kepada manusia atau kepada Tuhan, maka kita sedang menabur benih.
Dari ayat yang sudah kita baca, kita akan mendalami tentang menabur atau memberi dengan benar dalam pelayanan:
Pertama, memberi dengan sukacita merupakan penatalayanan yang benar (ayat 6). Di dalam pelayanan Kristen, menabur merujuk pada tindakan memberi dengan hati yang tulus. Sebagai orang percaya, kita diajarkan untuk memberi dengan sukacita, bukan karena terpaksa, bukan karena merasa dipaksa atau merasa memiliki kewajiban yang berat. Memberi adalah bagian dari penatalayanan yang benar pada saat kita menyadari bahwa segala yang kita miliki merupakan milik Tuhan. Kita hanya menjadi pengelolanya.
Ketika kita memberi dengan sukacita, maka kita sedang mengakui bahwa segala sesuatu yang kita berikan kepada Tuhan bukanlah hak kita. Itu semua adalah pemberian Tuhan yang kita kembalikan kepada-Nya. Memberi dengan sukacita bukan hanya soal uang atau harta benda, tetapi juga termasuk waktu, talenta, potensi, tenaga dan semua yang Tuhan telah percayakan kepada kita.
Kedua, memberi bukan tentang kehilangan, tetapi menabur benih yang akan berlipatganda (ayat 7). Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Prinsip ini yang dilakukan oleh para petani. Ketika mereka menabur benih, mereka tidak menganggap bahwa benih itu hilang atau tidak berguna. Benih itu akan bertumbuh, berkembang dan menghasilkan buah yang berlipat ganda. Dalam hal ini, perlu dilakukan dengan ketulusan hati, bukan dengan sebuah pengharapan pelipatgandaan berkat jasmani.
Ketiga, kita diajar untuk percaya bahwa Tuhan akan mencukupkan semua keperluan kita (ayat 8). Ketika kita belajar untuk memberi dengan sukacita, maka Tuhan tidak akan membiarkan kita. Bahkan Ia akan memberi kelimpahan, supaya kita dapat melakukan lebih banyak perbuatan baik. Tuhan tidak hanya memanggil kita untuk memberi, tetapi Dia juga berjanji akan menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan. Kita bisa merenungkan kehidupan kita pada saat ini, Tuhan tetap menyediakan yang kita perlukan.
Yang paling mudah kita bayangkan adalah perkara jasmani. Tetapi kita tidak boleh lupa untuk fokus pada hal yang rohani. Tuhan akan memperlengkapi kita dengan hikmat, kekuatan dan damai sejahtera yang melimpah, sehingga kita mampu memberi lebih banyak lagi.
Ketika memberi, kekhawatiran terbesar dari manusia adalah merasakan kekurangan. Kekhawatiran dan ketakutan itu yang akan menghalangi kita untuk memberi dan menabur. Tetapi prinsip ini diajarkan oleh Tuhan kepada kita supaya kita ingat bahwa kita hanya pengelola berkat Tuhan. Semua yang ada pada kita sejatinya adalah milik Tuhan yang harus kita kembalikan kepada-Nya untuk kemuliaan-Nya.
Views: 3