2 Korintus 9:6-8
Dalam hal kemurahan hati atau kerelaan hati, hukum tabur tuai masih berlaku sampai saat ini. Hukum ini diajarkan di dalam kekristenan, dari sisi positifnya. Ada juga pengajaran lain yang bukan berasal dari kekristenan, dari sisi negatifnya, yaitu karma. Di dalam Mazmur 37:25-26, pemazmur memberi kesaksian, “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.”
Dari ayat tersebut, kita bisa melihat kesaksian pemazmur bahwa selalu ada hal yang positif bagi orang benar. Orang benar adalah orang yang percaya kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Orang benar tahu akan firman Tuhan. Orang benar melakukan firman Tuhan dalam hidupnya sehari-hari, karena pikiran dan hatinya dikuasai oleh kebenaran firman itu. Sebagai orang benar, seharusnya kita berpikir untuk memberi berkat, bukan meminta berkat; memberi pinjaman, bukan mencari pinjaman. Yang harus kita lakukan adalah bekerja dengan rajin, tekun, setia dan cerdas. Kita bekerja dengan dasar kasih karunia Tuhan, bukan berdasar atas kemampuan sendiri. Orang yang bekerja atas dasar kemampuan sendiri, akan sulit untuk bermurah hati. Orang yang bekerja berdasarkan kasih karunia Tuhan, akan lebih mudah untuk bermurah hati.
Dalam hidup ini, ternyata Tuhan memperhitungkan segala sesuatu yang kita perbuat. Misalnya, di dalam Matius 10:42, Tuhan Yesus berkata, “Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.” Secangkir air saja diperhitungkan, apalagi jika kita memberikan lebih banyak kepada murid Yesus Kristus, kepada saudara seiman kita, kita diperhitungkan mendapatkan upah. Firman Tuhan siap diuji, yang mengatakan bahwa: orang yang menabur sedikir akan menuai sedikit, orang yang menabur banyak akan menuai banyak.
Jika kita lihat di ayat selanjutnya, sedikir dan banyak ini bukan hanya soal jumlah, tetapi juga soal kerelaan hati. Tuhan memperhitungkan pemberian yang dilakukan dengan sukacita dan kerelaan hati, bukan pemberian yang diberikan dengan sedih atau paksaan. Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Karena itulah di Perjanjian Baru, persembahan atau persepuluhan tidak lagi ditekankan oleh para rasul. Persembahan atau persepuluhan sendiri tidak dihilangkan. Di dalam Lukas 11:42 jelas dikatakan, “Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.”
Dari ayat tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa persepuluhan (yang satu itu) harus dilakukan, sedangkan keadilan dan kasih Tuhan tidak boleh diabaikan. Surat para rasul tidak lagi menyinggung atau mengajarkan tentang persepuluhan, karena pada kenyataanya jemaat-jemaat pada waktu itu memberi persembahan bahkan melebihi persepuluhan itu sendiri. Paulus sendiri memberi kesaksian di dalam 2 Korintus 8:3 bahwa jemaat di Makedonia telah memberi bahkan melampaui kemampuan mereka.
Paulus menekankan pemberian itu dilakukan bukan dengan sedih atau karena paksaan, supaya mereka tidak seperi Ananias dan Safira yang telah memberi dengan terpaksa, tetapi pada akhirnya mereka membohongi Roh Kudus. Jangan sampai memberi banyak tetapi dengan motivasi yang salah. Tuhan sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kita, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Salah satu tanda kasih kita kepada Tuhan adalah memberikan persembahan kita kepada-Nya. Orang yang datang dengan terus menerus meminta berkat, itu bukan orang yang mengasihi Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang egois, yang mengasihi diri sendiri.
Orang Kristen yang sudah dewasa akan berpikir sebaliknya, bukan mengharapkan berkat meskipun Tuhan pasti memberkati, tetapi justru ia berpikir untuk memberikan segala sesuatunya kepada Tuhan demi kemajuan pekerjaan dan pelayanan Tuhan di dunia ini. Banyak orang yang sudah mempersembahkan waktu, uang, tenaga, bahkan nyawa mereka untuk kemajuan pemberitaan Injil Yesus Kristus. Jika hari ini kita sudah mendengar Injil dan sudah diselamatkan, maka sepatutnya kita pun mengucap syukur dengan cara memberikan apa yang ada pada kita, dengan penuh sukacita, bukan dengan paksaan.
Views: 8