Ibrani 5:1-10
Pelayan merupakan sebuah pekerjaan yang memiliki tugas untuk melayani atau memberikan kepuasan kepada orang lain. Kedengarannya seperti sangat sederhana, tetapi ketika dilakukan, akan sangat capek. Misalnya, pekerjaan seseorang yang menjadi pelayan di sebuah restoran atau rumah makan. Ungkapan yang mengatakan “pembeli adalah raja” mengharuskan pelayan restoran itu berjalan mondar mandir ke sana ke mari, melayani setiap permintaan pembeli atau pelanggannya. Mereka bahkan rela untuk berdiri selama berjam-jam. Tidak jarang mereka diperlakukan buruk oleh pelanggannya. Seringkali juga upah yang didapat oleh mereka tidak sepadan dengan waktu atau pekerjaan mereka. Mereka seringkali mendapatkan tekanan, baik dari pemilik restoran itu maupun dari para pelanggannya.
Bukan hanya itu saja, seorang pelayan harus dituntut untuk berlaku sopan terhadap pelanggannya. Pada saat melayani para pelanggan, dia harus memberikan senyuman, ramah, berlatih mengontrol emosi, cermat, peka dan peduli terhadap orang lain, mampu mengerjakan banyak hal di waktu yang sama. Jika hal ini dikerjakan dengan baik, akan memiliki dampak positif juga. Dia akan terlatih untuk melakukan itu semua, tidak mudah lupa dan lebih sehat karena banyak gerak. Di satu sisi, menjadi pelayan itu menyenangkan tetapi di sisi lain, juga capek, baik secara fisik maupun mental.
Bagaimana dengan pelayan Tuhan? Secara khusus, para pelayan Tuhan ini biasanya ditujukan kepada Gembala, Penatua dan Diaken. Tetapi secara umum, setiap orang-orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus, mereka juga adalah pelayan Tuhan. Setiap orang Kristen adalah pelayan Tuhan yang bekerja di bidang masing-masing. Apapun pekerjaannya, jika dilakukan dengan berfokus kepada Tuhan, maka dia juga sedang melayani Tuhan.
Tuhan menghendaki beberapa hal, ketika kita menjadi pelayan Tuhan. Di ayat yang telah kita baca, pelayan Tuhan digambarkan sebagai imam besar. Memang gambaran itu adalah gambaran imam besar di Perjanjian Lama serta gambaran Imam Besar Yesus Kristus. Tetapi prinsip pekerjaan dan pelayanannya, bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Pelayan Tuhan itu harus mampu mengerti orang yang jahil dan orang-orang yang sesat (ayat 2). Hal ini berbicara tentang hikmat dan kebijaksanaan. Kita diberikan hikmat oleh Tuhan untuk berpikir, untuk mengetahui serta mengambil keputusan yang tepat dan melakukan yang tepat.
Seorang pelayan juga harus mempersembahkan korban (ayat 3). Ada hal-hal yang perlu kita korbankan, supaya menyenangkan hati Tuhan. Korban selalu berbicara tentang hal-hal yang menyakitkan. Para pelayan Tuhan akan terbiasa dengan rasa sakit, terbiasa dengan tekanan, terbiasa dengan hal-hal buruk yang bisa menimpanya kapan saja. Mau tidak mau kita harus siap berkorban, seperti: waktu, tenaga, materi, bahkan nyawa. Tetapi korban itulah yang seringkali mendekatkan kita kepada Tuhan. Tubuh dan darah Yesus telah menjadi korban yang Ia serahkan kepada Bapa di Sorga untuk menebus kita.
Selain itu, seorang pelayan tidak akan gila akan kehormatan dan pujian (ayat 4). Dia yang bekerja, tetapi yang mendapatkan hormat dan pujian bukan dia, tetapi tuannya (Tuhan). Sebagai pelayan Tuhan, kita harus melayani Tuhan serta melayani orang lain dengan sebaik-baiknya dan dengan kesungguhan hati. Pelayan Tuhan memberikan pelayanan terbaik bukan untuk mencari penghargaan, hormat dan pujian dari orang lain, melainkan karena Tuhan telah lebih dulu melayani kita.
Di dalam Markus 10:43-44 dikatakan, “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” Tuhan menginginkan para murid-Nya melayani dengan rendah hati. Tuhan menginginkan para murid-Nya melayani semua orang dengan tulus dan ikhlas.
Memang tidak mudah untuk melakukan itu semua. Akan muncul banyak sekali tantangan yang akan membuat kita capek, sehingga banyak juga yang akhirnya menyerah. Melayani tanpa hati yang tulus akan membuat kita melayani dengan emosi, kehilangan arah, bahkan terjebak pada kebencian terhadap orang lain. Tetapi, dengan pertolongan Tuhan, kita bisa menaklukkan kesulitan dan tantangan tersebut. Tuhan sendiri akan terus menyertai kita dan siap untuk menjadi tempat perlindungan bagi kita.
Pelayanan itu menyenangkan atau tidak, akan kembali kepada kita. Hidup orang percaya adalah pelayanan, untuk menjadi berkat bagi sesama. Dalam hal ini, kita harus meneladani Tuhan Yesus yang telah menjadi berkat bagi dunia ini.
Views: 5