Keluaran 12:21-28
Beberapa dari kita pasti pernah memiliki pengalaman masuk ke sebuah jalan atau gang, yang ternyata ujungnya buntu. Bagi orang-orang kebanyakan, ketika mendapatkan jalan buntu, maka dia akan berbalik arah. Jika ada orang di sekitar tempat itu, dia bertanya tentang jalan yang bisa dilalui. Tidak mungkin orang tersebut akan menyerah, tidak bergerak ke mana-mana, hanya diam pasrah, mendapati jalan buntu itu. Manusia memiliki pikiran untuk segera mencari jalan keluar ketika menemui jalan buntu, sehingga bisa melanjutkan perjalanannya. Jalan buntu seharusnya tidak membuat kita berhenti, tetapi seharusnya membuat kita berpikir kreatif untuk mencari jalan keluar yang baik.
Itu hal sederhana. Ada yang lebih rumit, yaitu ketika mengalami kebuntuan hidup. Mungkin kita pernah merasakan putus asa, karena tidak bisa sembuh dari penyakit. Kita putus asa karena tidak mendapatkan penghasilan yang sesuai dengan pekerjaan. Kita mengalami jalan buntu karena merasa hidup ini tidak berarti karena tidak ada yang menghargai. Atau kita putus asa karena merasa hidup di dalam tekanan-tekanan dunia yang semakin kuat.
Bangsa Israel pernah mengalami hal yang sama, bahkan lebih dahsyat. Mereka tinggal selama kurang lebih 430 tahun di Mesir, menjadi budak. Sepertinya tidak ada pilihan lain. Tidak ada lagi kesempatan untuk bisa merdeka dari perbudakan. Empat ratusan tahun bukanlah waktu yang singkat. Bangsa Indonesia juga pernah mengalami penjajahan yang sama, dan itu bukan waktu yang singkat. Sudah banyak usaha yang telah dilakukan, tetapi selalu gagal, sehingga kesempatan untuk merdeka menjadi sangat tipis, bahkan mustahil.
Di saat kondisi bangsa Israel putus asa, Tuhan memberikan pengharapan baru. Pada malam itu, Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk mengambil nyawa semua anak sulung dari orang-orang Mesir. Terjadi kesedihan yang dahsyat di kalangan orang Mesir, termasuk juga di istana raja Firaun. Dengan demikian, akhirnya bangsa Mesir tidak bisa berbuat apa-apa dan mengizinkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
Supaya anak sulung dari bangsa Israel tidak ikut mati, maka Tuhan memberikan perintah kepada setiap keluarga Israel untuk menyembelih domba atau kambing, lalu mengoleskan darahnya di atas ambang pintu dan di kedua tiang pintu rumah (ayat 21-23). Itu adalah Paskah pertama bagi bangsa Israel. Di hari Paskah, mereka mengingat akan darah domba yang tercurah, yang membuka jalan bagi mereka untuk bebas dari perbudakan.
Semuanya itu dilakukan oleh Tuhan untuk menjadi peringatan bagi bangsa Israel, bangsa Mesir dan bangsa-bangsa lain di dunia ini, supaya selalu mengingat akan kuasa dan kasih setia Tuhan. Karena itu Tuhan memerintahkan Musa untuk menyampaikan kabar Paskah ini serta memelihara ibadah tersebut turun temurun pada saat mereka berada di tanah Kanaan, sampai Sang Mesias (Anak Domba Allah) datang ke dunia untuk menebus dosa orang-orang yang percaya kepada-Nya. Mereka juga diperintahkan untuk menceriterakan hal ini kepada keturunan selanjutnya, mengenai tundakan yang dilakukan oleh Tuhan dalam karya penyelamatan mereka (ayat 24-28).
Bukan sebuah kebetulan jika Tuhan Yesus disalibkan juga menjelang peringatan hari Paskah orang Yahudi. Yohanes 19:31 menyatakan bahwa Sabat sesudah Tuhan Yesus disalibkan adalah hari yang besar, yaitu Sabat tahunan, perayaan Paskah orang Yahudi. Dia datang ke dunia untuk menggenapi semua yang telah dilakukan Tuhan terhadap bangsa Israel. Dia membuka jalan bagi kita, sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mengalami jalan buntu yang berkepanjangan.
Selalu ada jalan keluar, jika kita mau. Tuhan terus berkarya dalam kehidupan kita. Tidak ada persoalan atau perkara yang tidak bisa diselesaikan. Tetapi sayang, yang seringkali membuat jalan itu kelihatan buntu adalah diri kita sendiri, yakni memilih untuk hidup dalam kemarahan terhadap masalah yang menimpa kita. Bahkan tidak jarang orang-orang Kristen mulai berhenti berharap kepada Tuhan dan berhenti mengerjakan hal yang baik.
Tidak ada alasan bagi kita untuk berputus asa. Jika kita masih bisa hidup di dunia ini, pergunakanlah itu untuk kemuliaan Tuhan. Jika kita mati dalam kondisi percaya kepada Tuhan, itu juga jalan yang terbaik yang Tuhan berikan. Artinya, apapun yang terjadi pada kita, jika kita tetap percaya kepada Yesus, maka tidak ada kerugian sama sekali di pihak kita.
Views: 6