Lihatlah Anakmu, Lihatlah Ibumu

Yohanes 19:25-27

Di atas kayu salib, Tuhan Yesus menuntaskan pekerjaan yang telah diamanatkan oleh Bapa kepada-Nya. Pada saat terakhir kehidupan-Nya sebagai manusia, Yesus masih menaruh perhatian yang cukup dalam kepada ibu-Nya, yang telah melahirkan dan merawat-Nya sampai dewasa. Yesus juga memberi perhatian kepada murid yang mengikuti-Nya sampai di kayu salib. Dengan peristiwa ini, Tuhan Yesus sedang mengajarkan tentang hormat dan bakti seorang anak kepada ibu.

Para perempuan dan saudara yang hadir sampai di dekat salib Yesus, mereka adalah orang-orang yang mengasihi Yesus. Karena kasihnya yang besar, mereka melawan rasa takut dari ancaman orang-orang Yahudi maupun tentara Romawi. Para perempuan itu disebut namanya, yaitu: Maria ibu Yesus, Maria istri Klopas dan Maria Magdalena. Kehadiran ibu Yesus tentu sangat wajar karena Maria ibu Yesus sangat mengasihi Yesus sebagai anaknya (secara manusia). Meskipun Yesus telah dianggap sebagai penjahat dalam hukum Yahudi dan Romawi, tetapi Yesus tetap sebagai anak Maria. Maria istri Klopas adalah saudara dari ibu Yesus. Di dalam Yohanes memang tidak disebutkan. Di dalam Matius 27:56 dan Markus 15:14 disebutkan bahwa Maria itu disebut juga Salome, ibu dari Yakobus dan Yohanes. Salome adalah perempuan yang pernah ditegur oleh Yesus, ketika dia meminta kepada Yesus agar anak-anaknya diberi tempat yang utama di dalam kerajaan-Nya (Matius 20:20). Kehadiran Maria atau Salome ini menunjukkan bahwa ia memiliki kerendahan hati. Meskipun sudah ditegur oleh Yesus, dia tetap mengikut Yesus dan mengasihi-Nya. Selanjutnya adalah Maria Magdalena. Yesus pernah mengusir tujuh roh jahat dari padanya (Markus 16:9; Lukas 8:2). Dia tidak akan pernah lupa dengan pertolongan yang didapatkan dari Yesus. Kasih Tuhan Yesus sudah membebaskannya dan sekarang ia pun mengasihi Tuhan Yesus.

Selanjutnya ada sosok Yohanes. Dia adalah sepupu Yesus, anak Salome. Dia juga adalah murid yang sangat dikasihi oleh Yesus. Karena itulah, Yesus menyerahkan Maria ibu Yesus kepada Yohanes dan berkata, “Inilah ibumu” (ayat 27). Sebelumnya Yesus telah menyerahkan Yohanes kepada ibu-Nya, “Ibu inilah anakmu” (ayat 26). Dengan demikian, mereka bisa saling menghibur dan menguatkan, setelah Yesus mati dan pada akhirnya kembali ke Sorga.

Dalam teks aslinya, Yesus tidak menyebut Maria sebagai ibu, tetapi perempuan / wanita. Bukan berarti Tuhan Yesus tidak menghormati ibunya. Jika kita ingat, pada saat Maria mengatakan kepada Yesus bahwa anggur perjamuan perkawinan di Kana telah habis, Yesus juga memanggil Maria “perempuan / wanita”. Tuhan Yesus sebenarnya ingin menjelaskan bahwa Yesus adalah Juruselamat dan Tuhannya Maria, bukan anaknya. Yesus mengarahkan Maria supaya memandang Yohanes sebagai anaknya sendiri. Yesus sedang mengatur hubungan antara Maria, ibu-Nya yang dikasihi dengan Yohanes, murid-Nya yang dikasihi. Sejak saat itu, Yohanes menerima Maria di dalam rumahnya (ayat 27).

Meskipun Yesus adalah Juruselamat dan Tuhan bagi Maria, tetapi Yesus tidak pernah melupakan kewajiban-Nya sebagai anak. Dalam perjuangan-Nya yang sangat besar, Dia tidak melupakan hal-hal yang kecil, menyangkut keluarga-Nya. Saat di atas kayu salib, Yesus memikirkan penderitaan orang lain lebih daripada penderitaan yang sedang Ia hadapi pada waktu itu.

Dari kisah di atas, kita bisa belajar akan beberapa hal: pertama, Maria memberi teladan kasih orang tua terhadap anak. Di saat anak ditinggalkan dan disalahkan oleh orang banyak, Maria ibu Yesus dan Maria yang lain tetap setiap mendampingi Yesus. Kasih mereka mengalahkan segala ketakutan. Meskipun Maria tidak bisa menolong Yesus, tetapi ia tetap memberikan kekuatan dan semangat kepada anaknya yang sedang dalam situasi sulit.

Kedua, sikap keluarga dekat yang ikut berempati ketika ada keluarganya yang mengalami penderitaan. Mereka tetap mau hadir untuk memberi kekuatan dalam situasi yang sulit itu. Orang yang sedang dalam penderitaan, tentu memerlukan kehadiran dari orang-orang terdekat untuk mendampinginya. Kehadiran kerabat dekat membuat orang-orang menderita merasakan kepedulian.

Ketiga, penting untuk meneladani Yesus dalam mengasihi orangtua-Nya. Kasih Yesus kepada Maria sebagai orang tua tidak hilang, meskipun Yesus sedang mengalami situasi sulit. Dia tetap memberi perhatian kepada ibu-Nya, bahkan memikirkan dan menyediakan keperluan masa depannya. Yesus percaya penuh kepada murid yang dikasihi-Nya. Yohanes menerima Maria di rumahnya dengan sukacita.

Views: 3

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top