Matius 11:2-19
Karena kita memiliki akal budi, hati nurani dan kehendak bebas, maka kita memiliki potensi untuk mengalami keragu-raguan, di dalam semua hal. Ketika kita mengaku beriman atau percaya kepada Yesus, tidak menutup kemungkinan, kita juga akan memiliki keragu-raguan, termasuk ragu terhadap iman kita. Kalau mau jujur, bahkan terkadang kita meragukan Yesus atau meragukan iman yang kita yakini. Sejujurnya, dalam situasi tertentu, entah hanya timbul di dalam pikiran atau sudah terucap melalui kata-kata, kita meragukan Yesus.
Teks Alkitab yang kita baca hari ini menggambarkan bahwa sekelas Yohanes Pembaptis pun mengalami keraguan. Pada saat Yohanes Pembaptis dalam kondisi tertekan, di dalam penjara, ia menyuruh murid-muridnya untuk menanyakan kemesiasan Yesus. Jika kita merenungkan ulang apa yang telah dilakukan oleh Yohanes Pembaptis, sepertinya hal ini tidak wajar. Keraguan itu terucap dari mulut Yohanes Pembaptis yang sebelumnya dengan lantang berseru-seru di padang gurun, di sungai Yordan, bahwa dia adalah orang yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yohanes 1:23). Dia juga yang dengan yakin berkata sambil menunjuk Yesus, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29).
Jika memang Yohanes Pembaptis sampai memiliki keraguan seperti itu, pasti ia memiliki alasan yang sangat kuat. Yesus sendiri mengatakan, jika orang-orang Yahudi, maka Yohanes Pembaptis itu adalah Elia (ayat 13-14). Ada banyak kemungkinan yang terpikir dalam benar Yohanes Pembaptis, karena memang ia sedang dalam kondisi tertekan. Dalam kesendirian dan keterdesakan, orang bisa berpikir apa saja, terutama hal-hal yang cenderung negatif. Kemungkinan Yohanes Pembaptis juga menghadapi hal yang sama. Mungkin ia berpikir, jika nabi Elia diluputkan dari musuh-musuhnya oleh Tuhan, mengapa justru Yohanes Pembaptis dipenjara karena telah berani menegur kesalahan Herodes? Atau mungkin Yohanes Pembaptis juga berpikir, jika Yesus adalah mesias, mengapa Ia tidak menolongnya? Yohanes mengalami keraguan yang cukup serius.
Meskipun mengalami keraguan, tetapi Yohanes melakukan hal yang tepat. Ia langsung bertanya kepada Yesus, melalui murid-muridnya. Yesus pun menjawab pertanyaan Yohanes. Jawaban Yesus tidak mengubah keadaan Yohanes secara fisik. Yohanes tetap mati dengan cara yang tidak wajar, yaitu dipenggal. Tetapi jawaban Yesus mengubah keragu-raguan Yohanes menjadi keyakinan. Kita mungkin sering membaca kisah-kisah seperti ini yang memenuhi Alkitab. Orang-orang percaya tetap yakin akan kepercayaannya, tetapi seringkali tidak mengubah keadaan jasmani mereka menjadi lebih baik. Mereka tetap menderita, mereka tetap hidup dalam tekanan, tetapi hati dan perasaan mereka tetap yakin kepada Tuhan.
Di saat Yohanes meragukan kemesiasan Yesus, Yesus tidak marah. Dia menjawab pertanyaan Yohanes, sehingga Yohanes tidak hidup lagi di dalam keragu-raguan. Yesus justru menghargai kerendahan hati Yohanes yang mau bertanya kepada-Nya. Kita adalah manusia yang rapuh dan rentan. Tuhan tidak marah dengan hal itu. Justru ketika kita mau jujur di hadapan Tuhan, maka kita akan mendapatkan kekuatan dari-Nya. Bahkan Tuhan sendiri berkata, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Kor 12:9). Ketika tekanan dan persoalan membuat kita terombang-ambing dan mengalami keraguan, Yesus memberikan tawaran supaya kita datang kepada-Nya (ayat 28). Kita yang mulai ragu-ragu, mari datanglah kepada Tuhan, berdoalah kepadanya, dalami firman Tuhan, maka keragu-raguan itu akan berubah menjadi keteguhan iman.
Views: 5