Ayub 14:1-15
Kematian masih menjadi misteri bagi semua orang. Mungkin ada orang yang pernah mati dan bangkit lagi, biasanya disebut mati suri (mati sementara waktu). Tetapi orang yang pernah mati suri pun akhirnya akan mati untuk selama-lamanya dan tidak akan bisa bangkit Kembali. Di dalam Alkitab juga diceritakan mengenai orang-orang yang mati kemudian dibangkitkan. Nabi Elia pernah membangkitkan anak janda Sarfat (1 Raja-raja 17:8-14), Nabi Elisa pernah membangkitkan anak perempuan Sunem (2 Raja-raja 4:8-37), Tuhan Yesus pernah membangkitkan anak Yairus (Markus 5:21-43), anak janda di Nain (Lukas 7:11-17) dan Lazarus (Yoh 11:1-45), rasul Petrus pernah membangkitkan Tabita / Dorkas (Kis 9:36-43) dan rasul Paulus pernah membangkitkan Eutikhus (Kis 20:7-12). Tetapi semua orang yang dibangkitkan itu hanya hidup sementara waktu dan akhirnya mati untuk selama-lamanya. Hal itu tidak berlaku bagi Tuhan Yesus, karena setelah Yesus meninggal, Dia bangkit dan hidup selama-lamanya.
Kematian akan menjadi sesuatu yang sangat mengerikan bagi orang-orang yang tidak mengetahui apa yang terjadi sesudah kematian. Karena itu banyak orang melakukan segala sesuatu untuk bisa memperoleh kehidupan yang baik sesudah kematian. Orang-orang yang percaya bahwa ada sorga dan neraka, mereka sangat takut dengan kematian karena mereka tidak mempunyai jaminan yang pasti apa yang terjadi sesudah kematian. Tetapi bagi orang Kristen, harusnya tidak takut dengan kematian, karena Yesus sudah memberikan jaminan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya, akan memperoleh hidup yang kekal, bukan kematian yang kekal.
Ada juga orang yang takut kematian bukan karena takut dengan neraka, tetapi takut meninggalkan dunia ini. Mungkin di dunia ini dia sudah nyaman, sudah bekerja keras dan menghasilkan banyak harta. Dia sudah mengalami kebahagiaan secara duniawi, sehingga takut meninggalkan semua kebahagiaan yang sudah diraihnya. Mereka tidak sadar bahwa ada sesuatu yang lebih mulia dan membahagiakan ketika mereka tidak ada di dunia lagi.
Sebagian orang tidak takut dengan kematian tetapi akan sangat sedih ketika orang-orang terdekatnya mengalami kematian. Kadar kesedihan itu akan ditentukan oleh kenangan yang pernah terjadi di dalam kehidupan di dunia. Semakin orang itu baik dan dekat dengan kita, maka kita akan sangat sedih jika ditinggalkan oleh mereka. Tetapi tentang hal ini, Alkitab memberikan kepastian juga yang akan menjadi penghiburan bagi kita (1 Tes 4:16-18). Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan dikumpulkan bersama-sama di dalam kerajaan-Nya yang akan datang. Orang yang mempunyai kehidupan bahagia, rumah tangga bahagia, kehidupan yang dipenuhi sukacita akan sangat sedih ketika berpisah dengan orang yang dicintai dan dikasihinya.
Ada juga orang yang tidak takut mati bahkan kalau bisa ingin segera mati. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang tertekan di dunia, penuh dengan masalah yang susah diatasi. Bisa juga karena orang tersebut sudah sangat tua, sudah tidak punya teman seumuran, sering kesepian, mempunyai penyakit yang lama tidak sembuh, ataupun sudah bosan hidup. Walaupun demikian, sebagai orang Kristen, jangan sampai kita memutuskan untuk bunuh diri, apapun yang terjadi. Orang yang bunuh diri memang mungkin tidak takut mati, mereka takut hidup.
Di manakah kita saat ini? Ayub membandingkan manusia dengan pohon. Kalau manusia mati, maka lenyaplah ia. Tetapi pohon masih mempunyai kesempatan untuk hidup Kembali (ayat 7-9). Bagi Ayub yang pada saat itu mengalami ujian yang sangat berat, baginya lebih baik mati daripada tepat hidup tetapi seperti itu (ayat 13). Dia berdoa kepada Tuhan supaya hari kematiannya segera terjadi. Kalau orang bunuh diri karena dia takut hidup, maka dia harus tahu bahwa kematian bukan akhir dari segalanya. Tergantung kita. Jika kita percaya kepada Tuhan, maka kematian adalah awal dari kehidupan yang kekal. Tetapi jika kita tidak percaya kepada Tuhan, maka kematian adalah awal dari kematian dan siksaan kekal.
Views: 594