Jelajah PB 61 (Matius 20:24-28)

Mendengar apa yang ditanyakan oleh ibu Yakobus dan Yohanes, para murid yang lain menjadi marah. Hal ini menunjukkan bahwa sepuluh murid yang lain juga tidak mengerti akan kerajaan Tuhan Yesus Kristus yang akan datang. Mereka sudah ikut Tuhan Yesus dan yakin bahwa Yesus adalah Mesias saat mereka melihat mujizat-mujizat terjadi. Tetapi di saat Yesus mengatakan bahwa Diri-Nya akan disalibkan, pikiran murid menjadi kacau. Artinya, konsep di benak mereka tentang Mesias masih membingungkan. Pikiran mereka masih sama dengan pikiran orang Israel kebanyakan. Orang Israel menginginkan Mesias datang untuk membebaskan mereka dari penjajahan Romawi lalu mendirikan kerajaan yang baru yang akan membuat Israel menjadi bangsa yang merdeka. Tetapi Yesus sedang memulihkan kehidupan kerohanian terlebih dahulu.

Setelah itu Yesus menjelaskan tentang prinsip yang sangat penting dalam kehidupan kekristenan. Siapa yang ingin menjadi besar, dia harus menjadi pelayan. Di dalam kekristenan diperlukan contoh. Seorang pemimpin yang baik dan benar bukanlah diktaktor, tetapi dia harus menjadi teladan. Pemimpin adalah seseorang yang patut diteladani dan dicontoh. Jika para pemimpin Kristen seperti itu, dan bahkan diikuti oleh pemimpin negara di dunia ini, maka bukan hanya gereja yang akan bagus, tetapi negara juga akan bagus.

Yesus sebenarnya tidak melarang jika ada orang yang ingin menjadi besar, menjadi seorang pemimpin yang berpengaruh. Tetapi cara yang diajarkan oleh Yesus jelas berbeda dengan cara yang selama ini dilakukan oleh orang-orang di dunia saat ini. Banyak orang ingin menjadi besar dengan cara yang curang dan tidak jujur. Banyak orang ingin berkuasa dengan cara merendahkan orang lain atau membunuh karakter orang lain. Sedangkan Yesus mengajarkan, jika kita ingin menjadi besar, maka jadilah teladan bagi orang lain.

Dalam hal ini, Yesus menjadi contoh. Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi datang untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya bagi tebusan banyak orang. Yesus selalu memberitakan Injil, sampai tidak ada waktu untuk menyenangkan diri pribadi-Nya. Bahkan untuk berdoa pun, Dia harus mencari tempat yang sunyi atau pergi ke atas bukit. Yesus tidak mempunyai tempat tinggal, sedangkan jika Dia memberitakan Injil, selalu banyak orang berbondong-bondong mengikutinya. Karena itu, Yesus sering mencari tempat untuk berdoa kepada Bapa di Sorga. Kita sendiri, jika ingin berdoa tidak perlu mencari bukit. Di rumah atau di dalam kamar sudah cukup. Yesus pernah juga doa semalam suntuk, karena waktu siang hari dipakai untuk memberitakan Injil, mengelilingi kota-kota di Israel.

Jika kita renungkan, Yesus memberi teladan bagi kita untuk hidup dengan rajin. Kita pun harus demikian, meneladani-Nya. Dari subuh sudah bekerja dan memberitakan Injil sampai malam tiba. Kita juga harus demikian. Menjadi orang yang rajin dalam melakukan apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Dalam kesibukan tersebut, kita seharusnya juga tidak lupa untuk berdoa, berkomunikasi dengan Tuhan. Yesus sebenarnya tidak perlu berdoa. Tetapi Yesus sedang memberi contoh kepada kita, sesibuk apapun kita, kita harus tetap mempunyai waktu untuk berkomuniaksi dengan Tuhan di dalam doa dan firman.

Views: 3

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top