Filipi 4:1-9
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus berpesan supaya semua jemaat tidak lupa untuk bersukacita dan terus melakukan kebaikan kepada semua orang. Ketika kita melakukan kebaikan kepada orang lain, maka kita akan merasakan sukacita yang besar dan berlimpah. Jemaat Filipi memang sangat terkenal dengan kebaikan serta kemurahan hatinya. Jemaat ini sangat rajin memberi, bahkan di tengah kekurangan mereka. Memberi dan melakukan kebaikan tidak harus menunggu kaya terlebih dahulu. Dengan apa yang ada pada kita, yang kita miliki saat ini, kita bisa melakukan banyak kebaikan.
Orang yang berbuat baik, biasanya akan dikenal dan dikenang oleh orang yang pernah menerima perbuatan baiknya. Orang yang berbuat baik tidak perlu pamer, supaya bisa diketahui oleh semua orang. Justru ketika kita berbuat baik, biar hanya Tuhan saja yang tahu, sehingga yang berhak untuk membalas kebaikan kita adalah Tuhan. Atau mungkin orang yang kita bantu juga tahu. Jika kita bisa menolong dan berbuat baik kepada orang yang tidak mungkin bisa membalasnya terhadap kita, maka Tuhan yang akan memberi balasan terhadap kebaikan kita.
Perbuatan baik yang bisa kita lakukan bahkan tanpa mengeluarkan banyak uang adalah memberitakan Injil kepada orang-orang yang dekat dengan kita. Memberitakan Injil sama saja dengan memberitakan kabar baik, kabar keselamatan kekal. Kebaikan kita bukan hanya di dunia, tetapi juga kebaikan yang dihitung dan bisa dinikmati setelah kematian. Kata-kata kita bisa kita pakai untuk berbuat baik dengan cara memberi motivasi kepada orang lain. Tangan dan kaki kita bisa dipakai untuk berbuat baik dengan cara menolong orang lain.
Sebagai orang percaya, kita diajar untuk menjadi orang yang optimis dan penuh rasa syukur, sehingga kita tidak perlu khawatir dengan banyak hal yang berujung pada ketidakmampuan kita untuk berbuat baik. Orang yang selalu mengeluh dan khawatir dengan kehidupannya, ia tidak akan mampu melakukan kebaikan kepada orang lain. Orang yang pesimis dalam hidupnya dan tidak mau bersyukur, ia akan memandang dirinya miskin, tidak berdaya dan patut untuk dikasihani. Jika seperti itu, maka ia tidak akan pernah memberi atau melakukan kebaikan kepada orang lain. Bersyukur dan merasa cukup akan membuat kita aktif untuk melakukan kebaikan.
Ketika kita mendapatkan kesempatan untuk berbuat baik, maka kita perlu mendasarkan kebaikan itu dengan kasih yang murni, seperti kasih Tuhan yang tidak membeda-bedakan. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman (Gal 48:10). Kenapa diutamakan kepada rekan-rekan seiman? Masih banyak saudara seiman kita yang perlu bantuan. Jangan sampai mereka menjadi lemah iman, ketika terjepit dengan kondisi hidup mereka. Lebih mudah menguatkan iman sesama saudara seiman, daripada mengubah pola pikir saudara-saudari kita yang tidak seiman.
Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (ayat 9). Di ayat 10, Paulus menegaskan, lakukanlah itu. Dengan demikian, kebaikan hati kita bisa diketahui oleh semua orang. Kita perlu melakukan kebaikan dengan orang-orang yang paling dekat dengan kita. Mulai dari keluarga, saudara seiman dan tetangga dekat kita. Kita hadir dan hidup di wilayah tertentu, lakukanlah kebaikan itu di wilayah tersebut. Lebih baik jika kebaikan itu bisa terkoordinir dengan rapi, sehingga kebaikan itu dirasakan oleh orang-orang yang tepat sasaran.
Jangan pernah mencoba untuk menahan kebaikan. Mari kita melakukan kebaikan itu dengan tidak jemu-jemu. Jangan hanya melihat kebaikan dari nilai uang. Kasih karunia Tuhan sudah sangat cukup untuk memampukan kita menjadi pelaku-pelaku kebaikan. Lakukanlah kebaikan itu pada hari ini dan nikmatilah sukacita dari Tuhan.
Views: 5