Matius 22:37-39
LAI-TB2
(37) Jawab Yesus kepadanya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu.
(38) Itulah perintah yang terutama dan yang pertama.
(39) Perintah yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Kasih menjadi inti dari pengajaran kekristenan. Dalam kehidupan yang mengarah pada individualistik atau lebih mementingkan diri sendiri, kasih sering diabaikan. Yang paling dipentingkan adalah diri sendiri. Bagi kita, kasih atau mengasihi bukanlah sebuah pilihan, tetapi perintah utama. Pengajaran kasih bukan sekedar pengajaran moral atau ajakan, tetapi sebuah perintah supaya kita bisa menjalankannya di dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu kasih kepada Tuhan dan sesama manusia.
Ketika kita berbicara mengenai kasih kepada Tuhan, artinya kita sedang belajar untuk memberikan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Mengasihi kepada Tuhan tidak hanya berbicara tentang perasaan, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan ketaatan dan pengabdian kita kepada-Nya. Kasih kita kepada Tuhan akan sangat terlihat pada saat kita berdoa, membaca firman-Nya, persekutuan di dalam Tuhan dan perilaku hidup sehari-hari. Di dalam Yohanes 14:15, Yesus berkata, “Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti perintah-perintah-Ku.” Artinya, kasih Tuhan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, yaitu dengan menaati perintah-perintah-Nya.
Selain itu, kasih kepada sesama juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari iman Kristen. Tuhan menginginkan kita memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Kasih kepada sesama manusia tidak hanya diberikan kepada orang-orang yang kita sukai. Yang perlu diusahakan, kita harus mengasihi orang-orang yang sulit untuk dikasihi. Dalam hal ini, Tuhan Yesus memberikan teladan. Ia menyatakan kasih-Nya kepada semua orang tanpa memandang latar belakang, status sosial, bahkan kesalahan yang telah mereka lakukan.
Salah satu cara nyata untuk menunjukkan kasih kepada sesama adalah dengan berbagi kepada mereka yang sedang membutuhkan. Di dalam 1 Yohanes 3:17 dikatakan, “Siapa yang mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimana kasih Allah dapat tinggal di dalam dirinya?” Sebagai orang percaya, kita tidak boleh menutup mata terhadap penderitaan orang lain. Kita harus terus belajar berbagi, baik dalam bentuk materi, perhatian, waktu maupun doa. Dalam hal ini, jemaat di tempat ini sudah sangat baik dan terus ditingkatkan.
Selain berbagi, kasih juga diwujudkan dalam pengampunan. Mengampuni merupakan salah satu bentuk kasih yang paling sulit, tetapi juga yang paling penting. Kita sudah belajar untuk melakukannya dan kita akan terus tingkatkan. Kita sudah tahu bahwa ketika kita tidak mau mengampuni, maka kita sedang memilih untuk hidup dalam kepahitan. Pengampunan merupakan obat yang manjur untuk kepahitan. Di dalam Matius 6:14-15 dikatakan, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Namun, jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Mengampuni tidak berarti melupakan atau membiarkan kesalahan orang begitu saja. Mengampuni artinya memilih untuk tidak menyimpan dendam dan memberi kesempatan kasih Tuhan bekerja di dalam hati kita.
Kasih kepada sesama manusia juga diwujudkan dalam bentuk menghormati satu dengan yang lain. Dunia ini sudah penuh dengan kebencian, caci maki serta pertikaian. Ketika kita menghormati orang lain, maka kita sedang melihat orang lain sebagai pribadi yang berharga di mata Tuhan. Setelah itu, kasih seharusnya menjadi pembeda antara kita sebagai pengikut Kristus dengan orang lain. Jika kita benar-benar ingin menjadi saksi Kristus di dunia ini, maka kita harus hidup dalam kasih.
Karena mengasihi adalah perintah, maka kita tidak bisa melakukannya di waktu-waktu tertentu. Kasih seharusnya menjadi gaya hidup orang percaya. Mulai dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan konsisten.
Views: 3