Identitas Sejati Pengikut Tuhan

Daniel 1:1-21

Mengingat kembali akan tema GKMI Sion di tahun 2022, yaitu “Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang” (Matius 5:16), maka kita bisa melihat kembali akan kehidupan kita sebagai orang Kristen sepanjang satu tahun ini. Kita bisa menjadi terang dan kelihatan di hadapan semua orang jika kita memiliki identitas yang jelas, yang membedakan dengan orang lain. Jika kita tidak memiliki identitas dan keyakinan yang jelas, maka kita tidak bisa menjadi terang yang bercahaya. Mungkin justru kita yang diterangi atau dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar kita.

Pada masa muda, terutama di usia remaja, merupakan masa untuk mencari jati diri. Masa seperti ini dianggap masa yang tanggung, karena bukan anak-anak tetapi belum memasuki usia dewasa. Kehidupan di masa ini sangat labil dan mudah dipengaruhi oleh berbagai macam hal di sekitarnya. Karena itu, mereka harus mencari jati diri dan memantapkan itu dengan keyakinan yang benar, sehingga mantap melangkah menuju usia dewasa. Salah satu hal yang membuat kita yakin dengan identitas atau jati diri kita adalah nama. Hari ini, nama seseorang menjadi penting, baik secara administrasi maupun sosial. Salah penulisan satu huruf saja di nama kita, maka akan berdampak cukup besar dalam banyak hal. Penggantian nama tidak bisa sembarangan, karena harus ditetapkan dalam keputusan pengadilan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Identitas kita baik di KTP maupun di KK harus sesuai dan benar, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Hari ini kita belajar dari kisah tokoh Alkitab, yaitu Daniel bersama dengan ketiga temannya: Hananya, Misael dan Azarya. Mereka adalah anak-anak muda dari Yehuda yang ikut menjadi tawanan yang dibuang ke Babel. Mereka memiliki banyak kelebihan (ayat 3-4). Mereka dipersiapkan untuk melayani raja Babel, tentu dengan persyaratan dan proses seleksi yang sangat ketat. Mereka diharuskan untuk belajar bahasa dan budaya yang baru, serta mengganti identitas mereka dengan pergantian nama baru yang ditetapkan oleh Babel.

Bagi tokoh-tokoh Alkitab, nama merupakan identitas yang penting, karena biasanya berkaitan dengan apa dan siapa yang mereka percayai. Daniel berarti “Tuhan adalah hakimku”, Hananya berarti “pemberian Tuhan”, Misael berarti “yang seperti Tuhan”, Azarya berarti “ditolong Tuhan.” Nama mereka dipaksa untuk diganti menjadi: Beltsazar (disukai dewa Bel), Sadrakh (perintah dewa Akhu), Mesakh (tamu raja) dan Abednego (hamba dewa Nego). Semua nama baru ini berkaitan dengan dewa-dewa yang disembah di Babel. Meskipun mereka sudah berganti nama dengan terpaksa dan harus memiliki pola kehidupan yang baru, tetapi iman mereka kepada Tuhan Yehova tidak pernah berubah. Sejak dari awal mereka telah menetapkan keyakinan hati mereka untuk taat kepada Tuhan Yehova, Tuhan yang disembah oleh bangsa Israel, Tuhan yang namanya diperkenalkan kepada Musa, Tuhannya Abraham, Ishak dan Yakub.

Nama kita bisa diubah atau bahkan pernah berubah. Tetapi ada yang lebih penting, yaitu identitas keyakinan kita. Identitas sejati kita tidak terletak pada nama atau identitas yang tertera di KTP serta KK kita. Yang terpenting adalah isi hati dan iman kita. Isi hati dan iman itu yang akan mempengaruhi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita perbuat serta lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Beriman kepada Tuhan, itulah yang menjadikan kita memiliki status sebagai anak-anak Tuhan. Itulah identitas kita yang sejati. Melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus, maka kita menjadi anak-anak Tuhan yang dikasihi. Identitas ini yang seharusnya kita hidupi sehari-hari, sehingga kita memancarkan terang kasih Kristus.

Views: 5

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top