Filsafat Kosong (Jelajah PB 793)

Kolose 2:6-12

Jika kita telah menerima Kristus Yesus, maka hendaklah hidup kita tetap ada di dalam Dia. Iman kita seharusnya tidak digeser dengan berbagai macam pengajaran di luar Kristus. Seharusnya kita berakar di dalam Yesus dan dibangun di atas Yesus. Berakar artinya memiliki pemahaman dan pengertian yang teguh di dalam Yesus Kristus. Jika orang Kristen tidak memiliki pengertian yang baik serta tidak paham, ia akan mudah untuk dipengaruhi. Seperti tanaman, akan mudah dicabut jika tidak memiliki akar yang kuat dan dalam. Selanjutnya Paulus menggambarkan dengan bangunan, yaitu iman yang dibangun di atas Yesus. Berakar ke dalam itu tidak kelihatan, jika dibangun ke atas maka akan kelihatan. Fungsinya supaya ada kesaksian keluar, bisa dilihat atau disaksikan oleh orang lain. Pengertian itu berbicara mengenai pikiran dan perasaan kita, yang berakar di dalam. Yang dibangun dan kelihatan adalah karakter serta praktik kehidupan moral kita. Ketika kita teguh dalam iman, maka perlu diimbangi dengan hati yang penuh dengan sukacita.

Paulus adalah orang yang tidak memiliki banyak hak milik, dibandingkan dengan kita sekarang. Hidupnya berpindah-pindah dan sebagian besar ia hidup di dalam penjara. Penjara menjadi rumah permanen bagi Paulus. Orang yang berada di dalam penjara tidak memiliki apa-apa. Meskipun demikian, dia tetap bersyukur dan bersukacita. Harusnya kita penuh dengan syukur, karena kita tidak berada di dalam penjara, kita memiliki pakaian yang cukup banyak, kita bisa menikmati kebebasan lebih baik. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita atau mengucap syukur. Hidup ini seharusnya kita jalani dengan penuh iman yang teguh kepada Tuhan. Kita juga harus penuh dengan rasa cukup, sehingga ada rasa syukur yang muncul dari dalam diri kita.

Paulus mulai menyinggung masalah yang ada di Kolose. Paulus mengingatkan supaya jemaat di Kolose berhati-hati, jangan sampai ada yang menawan mereka dengan filsafat kosong dan palsu, menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. Jika kita menggeser pengetahuan teologi kepada filsafat, kita akan mudah terpelesat, mudah disesatkan. Kita harus menyadari bahwa dunia ini penuh dengan filsafat yang kosong. Kita perlu berhati-hati terhadap hal itu. Tradisi dan kebiasaan di dalam upacara-upacara seperti pernikahan, kematian atau penguburan, semuanya itu penuh dengan filsafat duniawi serta ajaran roh-roh dunia.

Untuk yang kedua kali, rasul Paulus menyatakan tentang kepenuhan Tuhan di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Tuhan. Di dalam Dialah seluruh kepenuhan Tuhan. Semua sifat dan kuasa ilahi diam di dalam Yesus Kristus. Secara Roh, Tuhan tinggal di dalam orang-orang percaya, yaitu Roh Kudus. Inilah yang disebut sebagai rahasia ilahi, yang tidak pernah terungkap selama berabad-abad lamanya. Tidak ada orang yang bisa mengerti rahasia ini, tanpa mereka percaya kepada Yesus Kristus. Yesus adalah yang utama, yang berkuasa atas pemerintah dan penguasa.

Dalam Yesus Kristus kita telah disunat, tetapi bukan sunat yang dilakukan oleh manusia. Kita melaksanakan sunat Kristus, yaitu penanggalan akan tubuh yang berdosa. Di dalam Yesus Kristus, seluruh tubuh kita yang berdosa itu sudah dipakukan di atas kayu salib. Dengan Yesus, kita dikuburkan dalam baptisan, di dalam Dia kita turut dibangkitkan oleh kepercayaan atau iman kita kepada Tuhan yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati. Baptisan adalah simbol bahwa kita telah dikuburkan bersama dengan Kristus, lalu dibangkitkan dari antara orang mati, untuk mendapatkan kehidupan kekal.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top