Yoel 3:1-8
Bayangkan jika kita sedang tersesat di sebuah kota atau daerah tanpa peta, tanpa GPS atau Google Maps. Kita mulai jalan ke sana ke mari, ternyata setiap jalan dan simpang terlihat sama. Kita akan sangat bersyukur dan merasa diselamatkan, ketika tiba-tiba ada seseorang yang datang, lalu menyerahkan peta daerah itu sambil berkata, “Kalau kamu ikuti peta ini, kamu akan sampai dengan selamat.”
Itulah sebenarnya fungsi Kitab Suci bagi kita. Buku yang paling banyak beredar, banyak dikutip, bahkan ada sekolah yang khusus mempelajarinya, termasuk Sekolah Tinggi kita. Tetapi Kitab Suci ini bukan sekadar bacaan rohani, bukan sekadar buku pengetahuan. Yang perlu kita mengerti dengan jelas, Kitab Suci ini adalah peta keselamatan yang menuntun manusia pada Kristus. Bagi Sarjana Teologi, bahaya terbesar bukan karena tidak tahu Alkitab. Yang berbahaya: tahu isi Alkitab, tetapi tanpa mengenal hikmat keselamatan yang diberitakan di dalamnya.
Di teks yang sudah kita baca, Tuhan menyingkapkan hikmat ilahi dalam penghakiman dan keselamatan:
Pertama, hikmat Tuhan dalam penghakiman (ayat 1-3). Yoel sedang berbicara tentang hari Tuhan: hari penghakiman, ketika Tuhan memulihkan umat-Nya dan mengadili bangsa-bangsa yang sudah menindas Israel. Bangsa-bangsa di luar Israel telah memperlakukan umat Tuhan sebagai barang dagangan, seperti: menjual anak-anak, memperkosa perempuan dan menghina kekudusan Tuhan (ayat 3).
Di saat murka Tuhan datang atas bangsa-bangsa di luar Israel, ada hikmat Tuhan yang adil. Hikmat akan lahir dari kesadaran akan kekudusan Tuhan. Kesalahan atau dosa, tidak akan pernah luput dari penghakiman. Tuhan tidak menutup mata dengan ketidakadilan. Dia adalah Hakim yang benar. Jika ada hakim yang membiarkan penjahat bebas tanpa hukuman, maka dunia akan kacau. Jika Tuhan hanya mengasihi tanpa menghakimi, maka kasih itu akan kehilangan makna. Penghakiman (atau hajaran) dari Tuhan, justru menjadi bukti kasih-Nya terhadap kebenaran.
Pada saat kita mengajar dan berkhotbah, juga harus seimbang. Di satu saat, kita mengajar tentang kasih. Di saat yang lain, kita juga harus mengajar tentang keadilan. Kitab Suci seharusnya tidak hanya memberi inspirasi, tetapi juga membentuk hati yang takut akan Tuhan.
Kedua, hikmat Tuhan dalam pemulihan (ayat 4-6). Di ayat ini, Tuhan berbicara kepada bangsa-bangsa lain, seperti: Tirus, Sidon dan Filistin, yang telah menindas Israel. Mereka berpikir telah menang. Tetapi Tuhan berkata di ayat 4 bagian terakhir, “… dengan segera Aku akan membalikkan perbuatanmu itu kepadamu sendiri.” Tuhan tidak tinggal diam dalam penderitaan umat-Nya. Tuhan membalikkan keadaan.
Apakah kuliah itu menderita? Berapa banyak di antara kita yang sudah lelah, jenuh, kecewa, merasa gagal, putus asa, malas? Semua itu tidak seberapa. Kita akan tahu namanya pemulihan, jika kita pernah retak. Kita akan tahu namanya mengucap syukur, ketika kita pernah menderita. Kita akan tahu namanya kesetiaan, jika kita pernah dikhianati. Ketidakadilan akan selalu terjadi, tetapi Tuhan bisa membalikkan keadaan.
Ketiga, hikmat Tuhan dalam keselamatan (ayat 7-8). Bangsa Israel mendapat janji akan mengalami pemulihan total. Bangsa Israel yang dijual, akan dikembalikan. Mereka yang tertindas, akan dibangkitkan. Inilah gambaran pemulihan melalui Injil Kristus.
Di dalam teologi keselamatan, ada istilah penebusan. Istilah ini muncul karena ada transaksi. Seperti Israel pada waktu itu, manusia sebenarnya telah dijual di bawah kuasa dosa. Manusa telah menjual dirinya sendiri kepada dosa. Tetapi melalui Yesus Kristus, Dia menebus kita, mengembalikan kita kepada keadaan yang semula. Ia memulihkan gambar diri kita yang rusak.
Surat Paulus kepada Timotius (2 Timotius 3:15) mengatakan, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” Kitab Suci bukan sekadar teks akademik. Kitab Suci merupakan sumber hikmat yang menuntun kepada keselamatan dalam Kristus. Akhir dari kuliah Teologi bukan “makin tahu lebih banyak”, tetapi “makin serupa dengan Kristus.”
Views: 4