Bilangan 24:1-4
Di tempat yang ketiga, yaitu di puncak gunung Peor yang menghadap padang belantara, Bileam menyiapkan lagi tujuh mezbah dengan tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan. Kali ini, Bileam tidak mencari pertanda lagi seperti sebelumnya. Bileam melihat bahwa baik di mata Tuhan untuk memberkati Israel. Sampai di tempat ketiga ini, Bileam sudah pasrah dan sadar bahwa Tuhan memang ingin memberkati bangsa Israel.
Berbeda di tempat yang pertama dan kedua, pada waktu itu Bileam masih mencoba melihat dan berharap bahwa Tuhan akan berubah pikiran. Bileam masih mengharapkan bahwa Tuhan mengutuk Israel, supaya dia bisa mendapatkan upah dari Balak. Dari awal sebenarnya Bileam sudah tahu kehendak Tuhan atas orang Israel. Di pasal 22:12 sudah dikatakan, “Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati.”
Di tempat ketiga ini, Roh Tuhan menghinggapi Bileam. Tuhan memakai Bileam untuk menyatakan firman-Nya. Pada saat itu, Bileam seperti orang yang baru bisa melihat dengan jelas. Bileam sedang melihat realitas rohani dibalik semua hal yang sudah dia lalui. Tuhan juga menyingkapkan masa depan kepadanya. Bileam mendengar firman Tuhan, melihat penglihatan dari Tuhan. Tetapi, di Perjanjian Baru, Bileam merupakan salah satu orang yang tidak diselamatkan.
Di dalam Yudas 1:11 dikatakan, “Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah.” Di dalam 2 Petrus 2:15-16 dikatakan, “Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu.”
Dari ayat-ayat di atas, kita bisa melihat bahwa Bileam digambarkan sebagai orang yang tidak benar dan tidak diselamatkan. Hal ini seharusnya memberi peringatan bagi kita semua di zaman ini bahwa orang-orang yang seolah-olah dipakai oleh Tuhan secara luar biasa, otomatis akan diselamatkan. Mereka melakukan semua itu atas nama atau demi nama Tuhan. Tetapi sebenarnya mereka tidak memiliki motivasi yang murni di hadapan Tuhan.
Bileam tahu tentang Tuhan yang benar. Bahkan Bileam juga dipakai oleh Tuhan untuk memberkati bangsa Israel. Tetapi dia tidak memiliki kepercayaan atau iman yang benar. Dia tidak mengenal Tuhan secara pribadi. Dia hanya tahu bahwa ada Tuhan yang benar dan ia sedang memakai semua itu untuk kepentingannya sendiri. Bileam memiliki motivasi untuk menggunakan kuasa Tuhan demii kepentingan pribadinya.
Jadi, kita sebagai orang Kristen, perlu berhati-hati atas ini. Di dalam Perjanjian Baru juga ada tokoh yang serupa seperti Bileam, yaitu Simon si tukang sihir (Kisah Para Rasul 8:9-24). Simon dikatakan percaya di ayat 13, tetapi sebenarnya ia terjerat dalam kejahatan yang tidak bisa dilihat dengan mata jasmani.
Views: 20