Hidup Yang Menghasilkan Buah

Filipi 1:21-30

Ketika seorang petani menanam tanaman yang menghasilkan buah, ia berharap bahwa tanaman itu akan menghasilkan lebih banyak buah. Mereka tidak mengharapkan datangnya hama, ulat atau hewan lain yang akhirnya membuat tanaman itu tidak menghasilkan dan akhirnya petani itu menjadi rugi. Ketika orang membangun usaha dengan modal yang ia punya, ia berharap usahanya dapat berkembang dan berhasil serta mendapatkan untung. Di dalam kehidupan ini, seseorang bekerja untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan menguntungkan. Mereka menginginkan hasil yang kelihatan dan dapat dinikmati.

Hal tersebut juga masuk dalam kehidupan bergereja. Gereja yang didirikan mengharapkan hasil yang bisa kelihatan dan dinikmati. Pemahaman buah dan hasil itu biasanya meliputi: bertambahnya jumlah anggota jemaat dan bangunan gereja, makin banyak kegiatan dan partisipasi jemaat dalam kegiatan dan program tersebut, meningkatnya jumlah pemasukan baik melalui persepuluhan maupun persembahan, serta bertambahnya inventaris gereja. Kita tahu bahwa semua hal-hal yang ada itu penting, tetapi ternyata itu seharusnya tidak menjadi prioritas bagi gereja untuk menilai buah atau hasil.

Apa sebenarnya yang diprioritaskan oleh Tuhan Yesus dan para rasul pada saat gereja pertama didirikan? Di dalam ayat yang sudah kita baca, secara singkat kita bisa melihat bahwa ayat tersebut menekankan tentang pentingnya hidup yang ugahari (bersahaja, bersyukur dan berbuah). Surat Filipi ini ditulis oleh Paulus dengan ilham Roh Kudus pada saat Paulus sedang ada di penjara karena imannya kepada Yesus Kristus. Di dalam ayat 22 dikatakan, “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Paulus menekankan penderitaan sekaligus sukacita.

Di dalam ayat 24-26, ada dua pilihan yang diperhadapkan kepada Paulus, yaitu diam bersama-sama dengan Kristus atau tinggal di dunia karena jemaat. Meskipun sebenarnya Paulus ingin beristirahat dari dunia ini dan menikmati kebersamaan dengan Juruselamatnya sebagai pilihan yang jauh lebih baik, tetapi dia lebih memilih untuk hadir di tengah-tengah jemaat. Karena itu, tanpa keraguan, Paulus melanjutkan suratnya kepada jemaat di Filipi, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia (ayat 29).

Penambahan jiwa bagi gereja juga penting, tetapi harus dilakukan dengan cara yang wajar, yaitu penginjilan. Untuk melakukan misi itu, diperlukan pengorbanan. Paulus berkorban demi jemaat dan jemaat Filipi berkorban bagi Paulus. Pengorbanan itu sering membuat orang menderita. Tetapi di balik penderitaan itu, ada sukacita besar yang bisa dirasakan oleh orang-orang yang melayani Tuhan dengan tulus.

Kurang tepat jika hidup yang berbuah itu hanya diartikan sebagai kesuksesan dalam usaha, keaktifan dalam kegiatan gereja, kesetiaan memberi persembahan serta fokus membangun gedung gereja. Hal itu tidak salah tetapi bukan hal yang utama, tetapi sering diutamakan di zaman sekarang ini. Dalam Injil Kristus, kita justru menemukan sukacita dalam penyangkalan diri, saling berkorban dan saling menguatkan demi kepentingan pekabaran Injil. Buah yang dihasilkan harusnya buah roh yang dijelaskan di dalam Galatia 5:22-23. Semuanya itu terjadi bukan dalam peristiwa-peristiwa besar, tetapi dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi orang-orang yang berada di dekat kita.

Kehidupan yang menghasilkan buah adalah kehidupan orang percaya, baik sebagai pribadi maupun dalam persekutuan. Kita harus berdampak bagi orang lain yang ada di sekitar kita. Buah itu akhirnya bisa dinikmati oleh orang-orang yang kita kasihi yang ada di sekitar kita.

Views: 401

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top