Matius 4:18-22; 28:18-20
Data terbaru dari survei BRC menunjukkan data mengenai perpindahan jemaat, yaitu: perpindahan dari gereja lain lebih dari 40%, pindahan dari agama lain 6-7% dan hasil penginjilan 1-2,5%. Dari survei tersebut kita bisa melihat bahwa perpindahan jemaat dari satu gereja ke gereja lain sangat banyak dengan berbagai alasan. Fenomena tersebut terjadi di banyak gereja saat ini. Di gereja kita, tidak banyak yang seperti ini, karena sebagian besar kita sudah tertanam di gereja ini.
Hasil survei tersebut memperlihatkan bahwa ada kecenderungan orang datang ke gereja hanya untuk mendapatkan penghiburan, kenyamanan dan pemenuhan kebutuhan emosional semata. Lebih parah lagi ketika para pemimpin gereja menjadikan kepuasan jemaat ini sebagai dasar bagi penyusunan program dan kegiatan pelayanan gereja. Segala sesuatu yang bisa memuaskan dan memberikan kenyamanan tersebut berusaha disediakan oleh gereja, sehingga menyebabkan daya tarik orang dari gereja lain untuk pindah ke gereja yang memberikan fasilitas kenyamanan tersebut. Tidak bisa disangkal, inilah fenomena yang banyak terjadi hari-hari ini.
Kondisi seperti itu, jika dilakukan terus menerus, maka akan ada hal-hal yang penting menjadi terlupakan. Gereja dipanggil bukan untuk memberi kenyamanan secara duniawi. Gereja dipanggil untuk memuridkan. Matius 28:18-20 merupakan teks penting bagi misi gereja di tengah dunia ini. Ada empat kata kunci di dalam teks itu, yaitu: pergi, jadikan murid, baptis dan ajar. Yesus sudah memberikan contoh dalam pelayanan-Nya, bahwa Dia memuridkan orang untuk pergi mengajar kepada orang lain.
Yang dikerjakan oleh Yesus pada waktu itu adalah belajar, mengajar dan mengutus. Menjadi murid Yesus berarti mengikuti Dia. Seorang murid harus tinggal di dalam Dia, mengikuti ajaran-Nya serta mengikuti gaya hidup-Nya. Ketika Yesus berkata, “ikutlah Aku” maka itu adalah sebuah perintah. Kita tidak boleh mengatur Tuhan, tetapi kitalah yang diatur oleh Tuhan. Sama halnya ketika kita berdoa supaya Tuhan menyertai dan memberkati kita, seharusnya kita mengikuti Dia dan melakukan ajaran-Nya.
Menjadi murid Yesus tidak sekedar ikut, tetapi Tuhan melanjutkan dengan perkataan “kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Tujuan pemuridan bukan hanya sekadar belajar, tetapi juga harus mempraktikkan. Kita dipanggil untuk menyaksikan dan mengajarkan apa yang telah kita terima dari Tuhan. Orang-orang yang dipanggil oleh Yesus merespon panggilan Yesus dengan cepat dan positif. Mereka bersedia, kemudian meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus. Pada saat itu, menjadi murid Yesus harus dilakukan secara fisik, sehingga harus meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus. Pada saat ini jelas berbeda. Kita masih bisa melakukan pekerjaan dan aktivitas kita sehari-hari, tetapi kita juga memiliki waktu untuk belajar firman Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Cara mengikut Yesus secara fisik berbeda, tetapi prinsipnya tetap sama, yaitu menjadi murid Kristus lebih penting daripada melakukan pekerjaan. Artinya, ketika kita melakukan pekerjaan kita, jangan sampai kita melupakan proses menjadi murid Yesus Kristus. Bahkan pekerjaan kita bisa menjadi sarana yang baik untuk kita dimuridkan. Kita mempraktikkan firman Tuhan di dalam pekerjaan dan aktivitas kita. Dijelaskan juga dengan prinsip yang sama bahwa kita harus mengutamakan Kristus lebih dari keluarga. Bukan berarti kita mengabaikan keluarga, tetapi jangan sampai keluarga menjadi penghalang bagi pertumbuhan rohani kita. Kita belajar untuk memperhatikan skala prioritas, bahwa hal-hal yang rohani (bukan aktivitas rohani) menjadi prioritas penting dalam hidup kita.
Kita harus berakar di dalam pengajaran Kristus, barulah kekristenan meluas. Jika kekristenan meluas dan tidak berakar, maka itu bisa disebut sebagai pertumbuhan semu. Tidak terlalu penting memiliki status Kristen, yang lebih penting adalah bahwa kita adalah pengikut Kristus yang belajar dan mempraktikkan kehidupan Kristus dalan hidup sehari-hari. Tidak semua orang Kristen yang benar-benar memahami arti menjadi seorang murid Kristus.
Views: 25