Yunus 4:1-11
Dibalik pertobatan penduduk kota Niniwe, yang dilakukan dengan sangat serius, ternyata Yunus kecewa. Hatinya dipenuhi dengan kemarahan dan ketidakpuasan. Ada beberapa alasan yang membuat Yunus marah: pertama, Yunus merasa bahwa penduduk kota Niniwe tidak layak untuk mendapatkan kesempatan dan pengampunan, setelah melakukan kejahatan yang sangat besar; kedua, Yunus merasa kecewa karena Tuhan mengubah rencana-Nya, berbeda dengan yang diharapkan oleh Yunus; ketiga, Yunus merasa bahwa keputusan Tuhan itu tidak adil.
Pandangan Yunus mewakili kecenderungan pandangan semua manusia di muka bumi ini. Seringkali orang lebih suka bersukacita di atas penderitaan orang lain. Lebih mudah bagi manusia untuk melihat sesamanya menderita, daripada melihat sesamanya diberkati. Seringkali kita menuntut keadilan menurut standar kita. Tetapi Tuhan memiliki standar yang berbeda. Standar Tuhan itulah yang membuat kita sebagai manusia memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Jika Tuhan menggunakan standar kita, maka tidak akan ada seorang pun di dunia ini yang bisa diselamatkan.
Tuhan memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih terhadap semua manusia, termasuk terhadap penduduk kota Niniwe. Kejahatan penduduk kota Niniwe sangat menyakitkan. Tetapi sesakit apapun itu, Tuhan telah menanggungnya di kayu salib. Kisah kekesalan Yunus ini mengingatkan kita pada gambaran anak sulung, yang disampaikan di dalam perumpamaan Yesus Kristus (Lukas 15:25-32). Sebagai orang percaya, kita merasa memiliki hak untuk menghakimi serta menghukum orang lain.
Tuhan melihat setiap penduduk di kota Niniwe sebagai makhluk ciptaan-Nya yang berharga. Meskipun mereka telah melakukan kejahatan yang besar, tetapi bagi Tuhan, hidup mereka tetap penting dan berharga. Tuhan tahu bahwa penduduk kota Niniwe yang berjumlah seratus dua puluh ribu orang itu memiliki kecenderungan untuk bertobat dan berubah. Dalam hal ini, kita harus mengerti bahwa kasih Tuhan itu meliputi semua manusia, tanpa terkecuali. Sejahat-jahatnya manusia, masih ada potensi dan kesempatan bagi mereka untuk berbalik dan bertobat kepada Tuhan.
Di dalam peristiwa ini, Tuhan menggunakan pohon jarak untuk mengajarkan kepada Yunus mengenai kasih Tuhan yang tidak terhingga. Jika Yunus merasa kasihan dengan pohon jarak yang hanya diberi hidup sehari itu, maka Tuhan juga akan berbelas kasihan kepada ribuan penduduk kota Niniwe yang telah bertobat itu. Tuhan ingin supaya Yunus dan kita mengerti, bahwa kasih Tuhan itu tidak terbatas, bahkan melampaui hal-hal yang kita pikirkan.
Dua hati dua jiwa menggambarkan tentang dua respon yang ditunjukkan, baik oleh Yunus maupun oleh Tuhan sendiri dalam hal menyikapi pertobatan penduduk kota Niniwe. Dua respon ini akan sering kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari, ketika kita diperhadapkan dengan peristiwa yang mirip. Dalam hal ini kita berada di antara dua pilihan, memilih contoh dari Yunus atau mengikuti teladan dari sikap Tuhan. Dari kisah ini, kita diajar untuk bersukacita jika ada orang yang mau berbalik dan bertobat kepada Tuhan.
Views: 2