Keluaran 3:8-12
Waktu Tuhan bagi keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan juga berhubungan dengan Kejadian 15:16, yang mengatakan: “Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.” Tuhan menunggu sampai kejahatan orang-orang Kanaan penuh, karena mereka memilih untuk tetap berbuat jahat. Tuhan memakai bangsa Israel sebagai bangsa yang menghukum orang-orang Kanaan itu.
Tuhan turun tangan untuk melepaskan orang Israel dari tangan orang Mesir. Tuhan menuntut bangsa Israel keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus. Penyelamatan Tuhan bukan hanya mengeluarkan dari bahaya, tetapi juga menuju ke tempat yang indah dan lebih baik.
Tuhan ingin memakai Musa untuk membebaskan bangsa Israel. Musa sebenarnya memiliki keinginan yang sama, tetapi empat puluh tahun yang lalu, sebelum ia lari ke Midian. Dulu Musa sudah yakin dan merasa sangat siap, sehingga membunuh orang Mesir yang sedang bertengkar dengan orang Israel. Tetapi sekarang, ketika Tuhan mengutus Musa, justru Musa menanggapi dengan sangat berbeda.
Musa meragukan identitas dirinya, sehingga ia menjawab Tuhan, “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Empat puluh tahun telah membuat perubahan yang sangat besar dalam diri Musa. Kini ia menjadi orang yang rendah hati, bahkan rendah diri. Musa merasa tidak cukup kuat untuk melakukan tugas besar itu. Dalam hal ini, Musa cukup masuk akal. Ia tidak mau menyombongkan dirinya, karena memang dia tidak berani. Di dalam Amsal 16:18 dikatakan, “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”
Ketika orang merasa diri sebagai orang hebat, sebenarnya ia sedang jatuh. Karena itu lebih baik kita belajar dari Amsal 3:5 yang mengatakan: “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Ketika kita merasa kuat, justru itu awal dari kejatuhan kita. Tetapi ketika kita merasa lemah, di situ awal dari kekuatan kita, ketika kita menyerahkan semuanya kepada Tuhan, bersandar kepada-Nya.
Di dalam 2 Korintus 12:7-10, Paulus menyadari hal itu. Paulus membiarkan ada duri dalam dagingnya yang selalu membuatnya menderita. Dalam hal ini firman Tuhan berkata, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Hal ini memang sangat sulit dimengerti oleh orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Bahkan orang-orang yang sudah mengaku percaya kepada Yesus Kristus pun sulit mengerti hal ini.
Ketika Paulus lemah, justru ia menjadi kuat. Hal itu terjadi karena ketika ia lemah, ia mulai mengandalkan Tuhan sepenuh hati. Demikian juga dengan Musa, ia merasa sangat lemah dan tidak berdaya. Musa tidak siap dan tidak sanggup untuk melakukan tugas besar itu. Karena itu Tuhan menyatakan Diri akan menyertai Musa. Di saat kita merasa tidak mampu, maka seharusnya kita percaya kepada Tuhan sepenuh hati.
Views: 22