Rut 4:1-22
Minggu yang lalu kita sudah mempelajari kisah Naomi yang berusaha untuk mendekatkan Rut dengan Boas. Hal itu dilakukan, supaya Rut memiliki masa depan yang lebih baik. Naomi tahu akan semua kebaikan Rut, sehingga ia pun menginginkan supaya Rut mendapatkan pasangan yang baik, yaitu salah satu kerabat Elimelekh yang memiliki hak untuk menebus Naomi dan Rut. Ternyata usaha Naomi agak meleset. Ternyata masih ada pria lain (selain Boas) yang memiliki kewajiban untuk menebus mereka.
Naomi tidak mengenal kerabat Elimelekh selain Boas. Dalam hal ini, Boas berinisiatif untuk tetap bersedia menjadi penebus bagi Rut jika kerabat yang lain tidak mau. Penebus yang lain sebenarnya sangat antusias untuk memiliki tanah Elimelekh dan anak-anaknya. Tetapi setelah ia tahu bahwa harus memperistri Rut, maka ia mundur. Jika ia menebus Rut, maka ia merusak milik pusakanya sendiri (4:6a). Jika orang tersebut memiliki anak laki-laki dari Rut, maka yang berhak atas tanah tersebut adalah anak Rut yang akan meneruskan hak Elimelekh.
Karena itu, Boas menepati janjinya kepada Rut. Boas siap untuk menikah dengan Rut dan membangun hak tanah Mahlon melalui Rut. Setelah melalui berbagai prosedur, sesuai dengan tradisi Yahudi (7-12), akhirnya Boas menebus tanah Elimelekh dan anak-anaknya itu, serta mengambil Rut menjadi istrinya. Para tua-tua dan penduduk Betlehem-Yehuda menjadi saksi (9-10) dan mereka memberkati Boas. Dalam hal ini, Naomi pasti sangat berbahagia. Hal yang tidak pernah ia duga telah berubah menjadi peristiwa yang membuatnya sangat bersukacita. Rut telah memiliki suami yang baik, yaitu Boas.
Dari pernikahan antara Boas dan Rut, lahirlah seorang anak laki-laki. Para perempuan di kota itu memuji Tuhan Jehova. Sesuai dengan tradisi Yahudi pada waktu itu, maka anak laki-laki Rut akan mewarisi tanah nenek moyang mereka sebagai milik pusaka dan melanjutkan kaum keluarganya. Karena itu di ayat 17a, tetangga Naomi menyebutkan bahwa pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Obed yang artinya “orang yang menyembah Jehova.” Perempuan-perempuan Betlehem-Yehuda mendoakan Obes menjadi orang yang terkenal di Israel. Doa itu menjadi kenyataan, pada saat Obed menjadi kakek Daud, raja Israel.
Ungkapan yang paling penting adalah “terpujilah Tuhan (Jehova).” Saat kembali ke Betlehem, Naomi berkata bahwa Jehova telah membuat dirinya pahit. Tuhan telah membuat Naomi kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya. Naomi pergi dari Betlehem dengan tangan penuh, tetapi kembali ke Betlehem dengan tangan hampa. Tetapi saat ini, hidup Naomi kembali penuh. Perempuan-perempuan Betlehem bahkan mengatakan bahwa Rut lebih berharga dan lebih baik bagi Naomi daripada tujuh anak laki-laki (4:15).
Sebagian besar dari kita sangat senang, ketika sebuah cerita kehidupan diakhiri dengan kebahagiaan (happy ending). Kita tahu bahwa banyak sekali hal yang tidak terduga, akan terjadi dalam perjalanan kehidupan kita. Dari kisah Naomi dan Rut ini, mari kita belajar untuk percaya bahwa segala sesuatu ada dalam rencana Tuhan, terutama jika kita sungguh-sungguh percaya kepada-Nya (Roma 8:28).
Dari Naomi kita belajar bahwa jika kita mengalami kepahitan sekalipun, jangan sampai meninggalkan Tuhan. Dalam kepahitannya, Naomi tetap berharap kepada Tuhan dan tidak menyimpan kekecewaannya itu dalam lubuk hatinya. Dari Rut kita belajar untuk menjadi berkat bagi mertuanya, melalui kasih dan kesetiaannya. Dari Boas kita belajar, menjadi orang yang baik dan ikhlas. Jika hal-hal seperti ini kita terapkan dalam keluarga kita masing-masing, maka kita akan memiliki keluarga yang tangguh dan hidup dalam sukacita.
Views: 8