Bersinar Terang di Dunia

Matius 5:14-16

Shine Brightly to The World

TB 2 LAI
(14) Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin disembunyikan. (15) Lagi pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah tempayan, melainkan di atas kaki pelita sehingga memberi terang kepada semua oran gdi dalam rumah itu. (16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.

Jika sebuah lampu atau pelita ditutup dengan ember, apakah masih berguna? Pernahkan kalian merasa bahwa hidupmu tidak berarti dan hanya bisa mengikuti arus saja? Pernahkah kalian merasa bahwa hidup kalian b aja?

Tahukah bahwa pada saat ini banyak anak muda yang memiliki potensi, keahlian, bakat dan semangat, tetapi justru memilih untuk “menyembunyikan terang” karena takut dianggap berbeda, takut gagal, takut mengalami perundungan?

Di ayat 14 dikatakan bahwa kamu adalah terang dunia. Artinya, sebagai orang percaya, kita ini seharusnya sudah menjadi terang, bukan akan atau mau menjadi terang. Artinya, tidak semua orang memiliki terang. Tetapi kita sudah menjadi terang itu. Tugas kita bukan menjadi terang, tetapi menjaga terang itu tetap menyala. Terang itu bukan sesuatu yang dicari atau dibuat-buat, karena sebenarnya terang itu sudah ada dalam diri kita. Tugas kita bukan menciptakan terang, tetapi memancarkannya. Terang adalah identitas kita, sebagai pengikut Kristus.

Mari kita baca penjelasannya di dalam Efesus 5:8-13:

(8) Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, (9) karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, (10) dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. (11) Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. (12) Sebab menyebutkan saja apa yang mereka lakukan sembunyi-sembunyi, sudah memalukan. (13) Tetapi, segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi tampak, sebab semua yang tampak adalah terang.

Terang itu tampak jelas dan kelihatan, bukan disembunyikan. Di ayat 14b dikatakan, “Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin disembunyikan.” Kita seharusnya terlihat, memiliki pengaruh baik dan berdampak baik. Di sekolah atau kampus atau tempat kerja, bersinar lewat integritas, kasih dan kerja keras. Di media sosial, jadilah inspirasi dan berkat, bukan flexing. Di tongkrongan, memberi vibes damai dan positif, bukan toxic.

Masalahnya, banyak di antara kita sekarang malu untuk memancarkan terang. Takut dicap: gak suci, sok asik, takut berbeda dari teman-teman yang toxic.

Ayat 16 berkata, “(16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” Bukan status IG kita yang dilihat, tetapi perbuatan baik kita. Mulai dari hal-hal kecil, seperti: membantu teman tanpa mengharapkan balasan, mendoakan teman yang sedang dalam kesulitan, menyapa orang yang bertemu dengan kita.

Lampu tidak bisa menyala terus menerus, tanpa minyak atau tanpa colokan. Supaya terang kita tetap menyala, harus terus terkoneksi dengan Tuhan setiap hari lewat doa dan firman.

Views: 3

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top