Matius 7:24-27
Ayat ini menjadi kesimpulan dari khotbah Tuhan Yesus Kristus di bukit. Tuhan Yesus sedang membawa umat-Nya masuk kepada zaman peralihan, dari ibadah simbolik menuju kepada ibadah hakikat. Yesus Kristus datang ke dalam dunia, sebagai Sang Hakikat. Semua gambaran hukum Taurat dan tradisi Perjanjian Lama, dinyatakan di dalam diri Yesus Kristus, beserta semua pengajaran-Nya. Karena itu, pengajaran Yesus menjadi sangat penting untuk dipahami semua orang Kristen.
Dalam perjalanan sejarah orang Kristen dan gereja, terdapat banyak sekali tantangan dalam mempertahankan dan meneruskan pengajaran Yesus Kristus ini. Pengajaran gereja pernah melenceng, sampai akhirnya seorang yang bernama Martin Luther mereformasi ajaran gereja, kembali kepada Alkitab. Tetapi sayangnya, gereja-gereja yang tumbuh di masa reformasi itu, sekarang tidak berkembang sama sekali, bahkan menuju kepunahan.
Ada banyak faktor kekristenan menurun secara kualitatif (mutu) maupun kuantitatif (jumlah). Tetapi yang paling penting adalah faktor dari dalam. Salah satunya, para ahli teologi (pengajar dan penulis buku Kristen), adalah orang-orang yang tidak mengalami pertobatan. Mereka menjadi Kristen sejak kecil, karena berasal dari keturunan Kristen, tetapi tidak mengalami kelahiran kembali. Diakui atau tidak, banyak pengajar dan pemikir Kristen yang tidak mau menerima atau meyakini Alkitab sebagai satu-satunya firman Tuhan yang ineransi (tidak ada kesalahan sedikitpun). Alasan mereka masuk akal, tetapi membuat pengajaran dan pemikiran mereka mulai melenceng keluar dari Alkitab.
Dengan keahlian mereka, mereka tidak mau menyakini bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Bahkan sudah terlalu banyak ahli teologi dan orang Kristen mulai meragukan tulisan Paulus dan para rasul yang lain. Ada yang terang-terangan menyalahkan Paulus tentang topik-topik tertentu yang tercatat di dalam Alkitab. Jika satu ayat Alkitab saja diragukan, maka ayat yang lain juga memiliki potensi yang sama untuk diragukan. Ada pengajar Kristen yang tidak percaya dengan kisah penciptaan, tidak percaya dengan peristiwa mujizat. Kisah dan peristiwa tersebut dianggap sebagai cerita atau dongeng kuno dari Yahudi dan tradisi di sekitar Yahudi.
Ketika orang Kristen mulai meragukan Alkitab sebagai firman Tuhan, maka dasar pengajaran mereka menjadi sangat rapuh. Tidak heran jika ada yang mulai mengurangi isi Alkitab dan menambahi dengan yang lain. Ada yang menambahi firman Tuhan dengan wahyu, penglihatan, nubuatan, atau bisikan-bisikan tertentu. Jika pengajaran sudah tidak sesuai dengan firman Tuhan yang tercatat di dalam Alkitab, maka rusaklah kekristenan. Rusaklah kehidupan moral orang-orang Kristen.
Sadar atau tidak, gereja hari-hari ini sudah menurunkan standar pengajaran dan moral. Dampak jika tidak ikut menurunkan standar adalah gereja menjadi sepi. Teguran seringkali tidak membawa pertobatan, tetapi justru membuat jemaat itu meninggalkan persekutuan. Akhirnya gereja enggan untuk menegur kesalahan. Lebih baik menyalahkan atau mengusir ‘roh-roh’ yang tidak jelas, dibandingkan menegur secara pribadi. Tidak heran, mulai dari barat, gereja-gereja akhirnya menerima dan menikahkan pasangan sejenis.
Jika kita menjadi anggota gereja dan aktif dalam pelayanan gereja, tetapi kehidupan kita tidak selaras dengan firman Tuhan, hal itu akan menjadi penghambat bagi anak dan cucu kita untuk mencintai firman Tuhan dan gereja. Konflik atau ketidakpuasan dari gereja dibawa ke rumah, akan membuat anak-anak muda tidak tertarik lagi dengan pelayanan dan gereja. Akhirnya, ada saja celah dan alasan, bagi orang-orang tertentu untuk tidak ke gereja dan tidak ikut dalam pelayanan. Semakin sedikit generasi muda yang tertarik untuk menjadi Penginjil atau Gembala Jemaat.
Standar bijak dan bodoh, ditentukan oleh mendengar perkataan Tuhan lalu melakukan atau tidak melakukannya. Bagi kita perkataan ini mungkin biasa, tetapi belum tentu bagi para imam dan ahli Taurat yang mendengar khotbah-Nya. Proses dari mendengar sampai melakukan, cukup panjang. Kita mendengar, memperhatikan dengan baik, mengerti, menyetujui (mengaminkan), menyimpan di dalam hati dan pikiran untuk diingat, dan akhirnya melakukan. Kemungkinan besar, ada banyak pemimpin umat di zaman Martin Luther yang mengerti kebenaran. Tetapi, hanya Martin Luther yang mau melakukan reformasi, meskipun mendapatkan tantangan dan ancaman yang serius.
Seluruh Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, berpusat pada Yesus Kristus. Jika tidak hati-hati, cepat atau lambat, keadaan kekristenan di barat akan berpengaruh ke tempat kita juga. Jika hari ini ada saudara-saudari kita yang memberi diri dibaptis, kita dukung mereka untuk hidup berpusat dan berdasar pada Yesus Kristus.
Views: 2