Apakah Kebenaran Itu? (bagian 2)

Yohanes 18:33-38

“Apakah kebenaran itu” pernah ditanyakan oleh Pilatus kepada Yesus, tetapi Pilatus tidak ingin mengetahuinya lebih lanjut. Kebenaran itu seperti cahaya kecil yang terlihat dari kejauhan. Setiap orang yang ingin mengetahui cahaya itu, ia akan fokus untuk mendekatinya, dan akhirnya ia akan tahu apa yang terjadi di sana. Pilatus tidak mau mengetahui kebenaran, padahal kebenaran itu sudah ada di hadapannya. Pilatus lebih peduli dengan kedudukannya dan lebih mementingkan kenyamanan duniawi.

Di dunia ini banyak sekali istilah tentang kebenaran, seperti “pahlawan kebenaran”, “pembela kebenaran” atau “cinta kebenaran”. Tetapi kebenaran yang dimaksud oleh dunia sangat berbeda dengan kebenaran yang dimaksud oleh firman Tuhan. Kebenaran yang dikenal oleh dunia bersifat sementara, sedangkan kebenaran yang diberitahukan oleh firman Tuhan bersifat universal dan kekal.

Banyak orang sedang mencari kebenaran, baik duniawi maupun kebenaran Tuhan. Terkadang, semakin orang mencari kebenaran, semakin bingung lah mereka. Karena manusia di satu sisi ingin mencari kebenaran, tetapi di sisi lain mereka juga takut dengan kebenaran. Di satu sisi kita ingin mengejar dan mendalami kebenaran tersebut kemana pun kebenaran itu akan membawa kita. Tetapi di sisi lain kita juga melawan kebenaran itu ketika kebenaran tersebut mulai membawa kita ke tempat yang tidak kita inginkan. Inilah yang membuat manusia bingung, ragu, kuatir dan akhirnya membiarkan kebenaran yang mereka dapat berlalu begitu saja. Itu juga yang pernah dihadapi oleh Pilatus.

Pada saat ini, untuk mencari aman, manusia lebih suka mengatakan bahwa semuanya benar. Pemikiran ini benar, pemikiran itu juga benar. Ajaran ini benar, ajaran itu juga benar. Agama ini benar, agama itu juga benar. Mulai banyak orang menyangkal ada kebenaran obyektif, absolut dan universal. Kebenaran saat ini lebih bersifat relatif dan subjektif. Apa yang baik menurut individu atau kelompok atau budaya, itulah kebenaran. Kelompok ini sering menggunakan cerita tentang “orang buta dan gajah” untuk menggambarkan posisi masing-masing, padahal ilustrasi tersebut tidak berbicara apapun tentang kebenaran.

Kebenaran bersifat universal, karena itu bisa diterapkan dimana saja. Salah satu contoh kebenaran universal adalah Kisah Para Rasul 4:12, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Kebenaran ditawarkan kepada semua manusia, bukan hanya pada satu kelompok orang tertentu. Otoritasnya sama seperti Undang-undang di sebuah negara. Walaupun warga negara tidak tahu ada undang-undang tersebut, kalau dia melanggar, dia tetap kena sangsi.

Kebenaran Tuhan berlaku kekal. Yesaya 40:8 menegaskan, “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” Dan Mazmur 119:89 berkata, “Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga.” Kebenaran yang Tuhan berikan tidak pernah kadaluwarsa dan tidak akan berubah. Karena itu, marilah kita terus mencari dan menggali kebenaran itu, karena itulah harta yang paling berharga dalam kekekalan.

Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!

Views: 38

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top