Imamat 19:1-2
Kita diingatkan kembali bahwa tema utama dari kitab Imamat adalah kekudusan Tuhan. Karena kekudusan Tuhan, maka diharuskan adanya persembahan korban untuk menghapus dosa. Kekudusan Tuhan juga yang menyebabkan adanya imam yang menjadi perantara antara manusia berdosa dengan Tuhan yang maha kudus. Kekudusan Tuhan yang membuat kita harus melihat dosa sebagai sesuatu yang buruk dan najis. Kekudusan Tuhan membuat kita harus berlaku kudus.
Jika kita mengakui Yehova sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka kita harus kudus, sama seperti Dia yang kudus. Konsep ini juga diperkuat di dalam Perjanjian Baru. Di dalam 1 Petrus 1:14-16 dikatakan, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” Petrus menegaskan kembali tentang kekudusan Tuhan yang sudah dicatat di dalam Perjanjian Lama.
Di dalam Alkitab, pedoman utama sebenarnya berada di Perjanjian Baru. Misalnya, jika sebuah aturan dikatakan tidak berlaku di Perjanjian Baru, maka sebenarnya aturan itu memang sudah tidak berlaku, meskipun ada di Perjanjian Lama. Tetapi jika di dalam Perjanjian Baru tidak menyatakan apa-apa terhadap aturan tertentu, maka aturan itu tetap berlaku. Kita juga perlu melihat dengan jelas di Perjanjian Lama, karena ada berbagai macam aturan yang bersifat simbolik.
Sudah pernah dijelaskan di renungan sebelumnya bahwa hukum Taurat bisa dibagi dalam tiga bagian, yaitu: hukum yang bersifat moral (berlaku sepanjang zaman), hukum yang bersifat seremonial religius yang tidak berlaku lagi (biasanya bersifat simbolik, seperti pengorbanan kambing domba) dan hukum sipil Israel yang tidak berlaku bagi kita (misalnya, mengenai hukum-hukum perang di bangsa Israel).
Kata ‘kudus’ bisa diartikan tidak berdosa. Kata ‘kudus’ juga memiliki arti terpisah bagi Tuhan. Ketika kita disebut sebagai orang kudus, maka kita terpisah bagi Tuhan, terpisah dari dunia ini, terpisah dari kecemaran dan dosa. Kita memang dituntut untuk menjadi kudus. Kita dituntut terpisah dari dunia karena Tuhan kita memang terpisah dari dunia ini. Sesuai dengan surat Petrus, kita dituntut untuk hidup kudus di dalam seluruh hidup kita.
Di dalam 1 Korintus 10:31 dikatakan, “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semua itu untuk kemuliaan Allah.” Segala sesuatu yang terkecil sekalipun, diatur oleh Tuhan. Tuhan kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam segala hal, kita harus memuliakan Tuhan, Allah kita.
Di dalam Alkitab, seringkali kita akan menemui hal-hal yang nampak kecil atau sepele, tetapi diatur oleh Tuhan dengan sangat detail. Hal-hal seperti ini menggambarkan bahwa memang Tuhan melihat segala sesuatu secara menyeluruh, bahkan termasuk hal-hal kecil sekalipun. Jika yang kecil itu bisa menimbulkan dampak negatif yang besar, maka Tuhan akan mengaturnya untuk menjaga supaya kita tidak terjebak di dalamnya.
Views: 24