Keluaran 9:1-11
Untuk tulah ke lima ini, Musa memberi perintah kepada Musa untuk menghadap Firaun supaya Firaun mengizinkan orang Israel keluar dari tanah Mesir. Jika Firaun tidak mengizinkan, maka akan terjadi tulah berikutnya, yaitu penyakit sampar pada ternak. Di tulah sebelumnya, Firaun sepertinya agak melunak. Tetapi ketika bertemu dengan Musa, ia kembali mengeraskan hati. Hal yang diinginkan oleh Tuhan masih sama dan Firaun juga memberi respon yang sama.
Tulah ini datang langsung dari Tuhan tanpa perantaraan tongkat Musa atau Harun. Wabah penyakit sampar itu akan menyerang ternak-ternak orang Mesir. Memang orang Mesir banyak yang menyembah dewa dalam bentuk binatang, termasuk binatang ternak. Bagi orang-orang Mesir yang memiliki ternak, mereka pasti mengalami kerugian yang sangat besar. Dalam hal ini, Tuhan juga membuat pembedaan antara ternak orang Mesir dengan ternak orang Israel. Tidak ada seekor pun ternak dari orang Israel yang diserang penyakit sampar itu, tidak ada ternak yang mati.
Untuk menguji semua perkataan Tuhan yang disampaikan melalui Musa, maka Firaun menyuruh orang ke tanah tempat orang Israel tinggal. Di sana, orang tersebut tidak mendapati ada ternak orang Israel yang mati. Saat ini, sebagai orang percaya, kita pun dikhususkan oleh Tuhan. Kita bahkan disebut sebagai orang-orang kudus, dibedakan dengan orang-orang duniawi. Dengan cara demikian, Tuhan menginginkan ada perbedaan yang jelas antara orang percaya dengan orang tidak percaya. Jika kita tidak percaya kepada Tuhan, maka kita tidak akan pernah menikmati janji penyertaan Tuhan.
Meskipun Firaun melihat semua perbedaan itu, tetapi ia tetap mengeraskan hatinya. Dari tulah pertama sampai tulah kelima, Firaun selalu berkeras hati. Hal ini juga menjelaskan bahwa mujizat tidak serta merta membuat orang mau percaya atau takut kepada Tuhan. Firaun sudah mendapatkan lima kali kesempatan untuk berbalik kepada Tuhan melalui tulah-tulah yang diizinkan Tuhan, tetapi respon Firaun selalu sama, yaitu menolak dan mengeraskan hatinya. Dari awal, Tuhan tidak mengeraskan hati Firaun. Dari kisah yang sudah kita baca, kita bisa menyimpulkan bahwa kekerasan hati itu adalah pilihan Firaun sendiri.
Ketika sampai tulah kelima, Firaun yang mewakili bangsa Mesir itu tetap berkeras hati, maka Tuhan menyuruh Musa untuk melanjutkan tulah berikutnya, yaitu barah. Jelaga dari dapur peleburan adalah hal yang selalu ditemui oleh orang Israel, ketika mereka bekerja sebagai budak Mesir. Jelaga adalah bubuk hitam, hasil dari pembakaran yang tidak sempurna. Tuhan memakai jelaga ini sebagai simbol penghukuman bagi Mesir. Musa dan Harun mengambil jelaga itu di suatu tempat, membawanya dan menaburkan di depan Firaun.
Tiba-tiba jelaga itu membawa penyakit bagi bangsa Mesir. Jelaga itu menjadi debu meliputi seluruh tanah Mesir dan menghasilkan barah yang memecah seperti gelembung. Penyakit barah itu menjangkit manusia dan binatang di seluruh tanah Mesir. Sebenarnya jelaga tidak akan mengakibatkan penyakit yang seperti itu. Tetapi karena kuasa Tuhan, maka jelaga itu bisa merugikan orang Mesir. Jelaga itu membawa bibit penyakit kulit bagi manusia dan binatang di tanah Mesir.
Views: 36