Keluaran 12:6-8
Seluruh orang Israel harus membunuh domba itu. Menariknya, kata “domba” yang dipakai di ayat 6 ini berbentuk tunggal. Padahal di dalam persiapan Paskah itu, ada banyak sekali domba yang harus disembelih. Setiap keluarga diharuskan memilih seekor domba. Jika ada keluarga yang kecil dan terlalu banyak atau berat jika menyembelih seekor domba, keluarga itu bisa bergabung dengan keluarga yang lain. Seberapapun besar keluarga mereka, satu domba saja sudah mencukupi untuk persiapan Paskah. Hal ini ingin menggambarkan bahwa pengorbanan Yesus Kristus akan selalu cukup untuk siapapun juga. Bahkan cukup untuk seluruh dunia.
Bahkan di dalam Keluaran 12:6, seolah-olah Tuhan sudah melihat dan menubuatkan hari depan. Tuhan tidak lagi melihat satu per satu domba yang dipersembahkan oleh keluarga-keluarga Israel. Tuhan melihat pada satu Anak Domba Allah yang akan datang, sekitar seribu lima ratus tahun kemudian semenjak Musa melakukan Paskah yang pertama. Tuhan sudah melihat itu, bahwa seluruh orang Israel akan berkumpul dan menyembelih Domba itu pada waktu senja. Pada tanggal empat belas bulan Nisan, di waktu yang senja, Yesus Kristus yang telah masuk ke Yerusalem empat hari sebelumnya, dibunuh oleh seluruh orang Israel.
Tanpa disadari oleh orang Israel, ketika mereka menyembelih domba di rumah mereka masing-masing, ada satu Anak Domba yang tersembelih dan tersalibkan di bukit Golgota. Yesus tergantung di kayu salib dan pada waktu senja Yesus Kristus menghembuskan nafas-Nya, menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa di Surga. Domba itu memang harus disembelih dan lunas atau selesai. Karena itu, kita pada saat ini tidak perlu menyembelih domba Paskah. Orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus tidak lagi menyembelih domba. Kita tidak lagi merayakan hari raya kurban.
Di dalam 1 Korintus 5:7 dikatakan, “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” Kristus adalah penggenapan dari semua domba yang disembelih. Karena itu di dalam Perjanjian Baru, orang Kristen tidak lagi diperintahkan untuk menyembelih domba. Anak sulung orang Israel seharusnya juga mati, tetapi Tuhan memberi jalan keluar. Seandainya orang Mesir ada yang mau mengikuti perkataan Tuhan ini, maka mereka pun tidak akan mengalami kehilangan anak sulung.
Setelah orang Israel menyembelih domba itu, maka darah dari domba itu harus diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah mereka masing-masing. Daging domba itu dipanggang dan dimakan dengan roti yang tidak beragi beserta dengan sayur pahit. Tanpa memoleskan darah di tiang pintu dan tanpa memakan daging, maka korban itu pun tidak memiliki makna.
Orang Israel bisa menyembelih dan memakan domba itu setiap saat. Tetapi memoleskan darah di tiang pintu dan memakan daging domba adalah simbol jalan keluar, supaya Tuhan menyelamatkan mereka dari kematian anak sulung. Pemolesan darah di dua tiang pintu dan ambang atas, jika kita tarik garis, akan menyerupai tanda salib. Anak Domba Allah telah disembelih di kayu salib dan darah-Nya telah dicurahkan.
Views: 28