Marah (Jelajah PL 354)

Keluaran 32:25-35

Harun memang seolah-olah tidak mendapatkan hukuman. Tetapi sebenarnya hukuman itu bisa dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya bisa kita lihat belakangan bahwa dua anak Harun mati, karena mereka bermain-main ketika melayani Tuhan. Ketika mereka mempersembahkan persembahan kepada Tuhan, mereka menggunakan api asing. Sepertinya hal ini berhubungan dengan cara anak-anak itu melihat kehidupan ayahnya, Harun. Harun yang tidak konsisten, yang lemah dan ingin menggabungkan Tuhan dengan kepercayaan lain, sehingga anak-anak itu merasa bahwa yang mereka lakukan juga wajar.

Ketika kedua anak Harun ini membawa api yang asing di hadapan Tuhan, maka Tuhan memunahkan mereka, Nadab dan Abihu. Mereka mati karena murka Tuhan. Hal seperti ini merupakan efek dari hidup seseorang yang tidak benar. Jika kita berdosa serta mendapatkan pengampunan dari Tuhan, bukan berarti kita bisa lepas begitu saja dari konsekuensi bagi dosa yang pernah kita lakukan. Hal ini terjadi pada Daud. Ia memang diampuni oleh Tuhan, tetapi keluarganya menjadi kacau balau karena hal itu. Harun kemungkinan juga menjadi contoh yang tidak baik bagi anak-anaknya, sehingga kedua anaknya mati.

Memang ada pengampunan dalam Yesus Kristus dan sudah diselesaikan. Semua itu merupakan kasih karunia Tuhan dan kita patut mensyukurinya. Tetapi, jauh lebih baik jika kita tidak melakukan dosa lagi. Dosa akan selalu meninggalkan bekas. Dosa selalu memberi konsekuensi negatif. Mungkin bukan kita yang menerima konsekuensinya secara langsung, tetapi bisa juga keturunan atau orang-orang di sekitar kita akan terdampak.

Ketika Musa selama empat puluh hari empat puluh malam bersama dengan Tuhan di dalam hadirat dan kekudusan-Nya, melihat pemberontakan dan dosa yang dilakukan oleh bangsa Israel, Musa pasti sangat marah. Marah bukanlah kesalahan. Orang Kristen tidak boleh membenci orang atau manusia lainnya. Tetapi orang Kristen seharusnya membenci dosa dan kejahatan. Kemarahan yang dilakukan dengan benar, merupakan hal yang baik.

Yesus Kristus pernah marah, tetapi tidak dihitung sebagai dosa. Artinya, ada marah yang memiliki tujuan baik dan itu tidak dihitung sebagai dosa. Ketika Tuhan Yesus melihat kerusakan dan kejahatan yang terjadi di Bait Suci, Ia marah. Tempat itu seharusnya dipakai oleh bangsa-bangsa non-Yahudi untuk menyembah Tuhan, tetapi dijadikan sebagai tempat perdagangan. Tuhan marah dan mengambil cambuk, mengusir para pedagang itu.

Di dalam Yakobus 1:19-20 dikatakan, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan.” Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak bisa lagi menggunakan amarahnya dengan tepat. Marah yang benar merupakan energi yang bisa dipakai untuk mengembalikan hal yang tidak benar. Musa dan Yesus marah, ketika melihat hal yang tidak benar.

Views: 28

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top