Hari Sabat (Jelajah PL 347)

Keluaran 31:12-18

Di dalam Perjanjian Lama, Sabat diberikan oleh Tuhan, untuk kepentingan manusia. Bukan manusia yang harus menjadi budak dari Sabat. Jika sampai saat ini masih ada orang yang memegang konsep hari Sabat, maka ia juga harus konsisten menjalankan aturan di ayat 15 bagian terakhir, “Setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati.” Tetapi pada kenyataannya, tidaklah demikian. Jika sampai saat ini ada orang yang mengagung-agungkan hari Sabat, tetapi tidak konsisten untuk menerapkan aturan yang utuh.

Kita perlu melihat jelas mengenai masa secara dispensasional. Di dalam periode waktu tertentu, Tuhan memberi peraturan tertentu juga. Misalnya, pada hari ini kita sudah tidak lagi melakukan korban persembahan domba. Kita tidak lagi melakukannya karena Anak Domba Allah telah tersalib bagi kita. Hal ini sama dengan hari Sabat, sudah berlalu. Jemaat mula-mula juga tidak pernah melaksanakan kebaktian secara rutin pada hari Sabtu, tetapi dilakukan secara rutin pada hari Minggu.

Di dalam 1 Korintus 16:1-2 dikatakan, “Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing – sesuai dengan apa yang kamu peroleh – menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.” Jika setiap minggu mereka memberi persembahan, maka bisa dipastikan bahwa mereka melaksanakan pada tiap hari Minggu.

Dari hari Sabat, ada hal yang bisa kita pelajari. Sabat dikatakan sebagai hari kudus bagi Tuhan bukan karena ada unsur supranatural tertentu. Kudus artinya dikhususkan atau dipisahkan bagi Tuhan. Pada hari Sabat, orang “dipaksa” oleh Tuhan supaya berhenti bekerja dan menjadi waktu untuk merenungkan segala sesuatu yang rohani. Hari itu dikhususkan supaya orang Israel datang ke Kemah Suci atau untuk mendengarkan pembacaan Kitab Suci. Pada hari Sabat, semua kegiatan berpusat pada Tuhan.

Di zaman ibadah hakikat ini, kita tidak lagi memperingati hari Sabat. Namun demikian, kita masih perlu untuk memisahkan dan mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk Tuhan. Waktu itu yang kita pakai untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan, untuk bersekutu dan berjemaat, untuk berdoa, untuk melayani Tuhan. Saat ini kita tidak perlu dipaksa untuk menentukan waktu itu. Kita harus melakukan dengan kesadaran sendiri, tidak perlu diancam dengan hukuman mati. Kita bahkan bisa memanfaatkan waktu lebih dari satu hari dalam seminggu.

Di ayat 17, kita bisa melihat bahwa teori evolusi itu tidak benar dan tidak sesuai dengan Alkitab. Teori evolusi mengatakan bahwa dunia ini dicipta dengan sendirinya jutaan tahun. Tetapi dengan jelas dinyatakan di sini bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi selama enam hari dan di hari ketujuh, Ia berhenti bekerja untuk beristirahat. Melalui pembagian waktu ini, Tuhan juga telah memberi pola manusia untuk bekerja dan beristirahat, yaitu bekerja enam hari dan beristirahat satu hari, dalam minggu itu.

Views: 33

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top