Gelap Gulita (Jelajah PL 255)

Keluaran 10:21-29

Firaun kembali berkeras hati. Tuhan mengeraskan hati Firaun sebagai peneguhan keputusan Firaun sejak semula, untuk tidak mau tunduk kepada Tuhan. Tanpa peringatan, setelah tulah belalang selesai, melalui Musa Tuhan mendatangkan gelap gulita di tanah Mesir. Dalam hal ini Tuhan menyerang dewa utama yang dipercaya oleh orang Mesir yaitu dewa matahari. Dewa ini ternyata tidak bisa menolong mereka karena memang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Matahari adalah ciptaan Tuhan, tidak memiliki kekuatan yang bisa menolong manusia secara utuh.

Gelap gulita terjadi selama tiga hari, hanya di tanah Mesir. Kondisi dan keadaan pada waktu itu benar-benar gelap gulita, tidak seperti fenomena gerhana matahari pada saat ini. Akibatnya, tidak ada orang yang dapat melihat temannya dan tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari. Sama sekali tidak ada cahaya. Bahkan sepertinya orang Mesir pun tidak bisa memanfaatkan alat pencahayaan yang lain. Tuhan menutup semua sumber cahaya, baik sumber cahaya alam maupun sumber cahaya buatan, seperti pelita atau lentera.

Gelap gulita tidak terjadi di tanah tempat orang Israel tinggal. Dalam kondisi gelap gulita itu, Firaun memanggil Musa dan berkeinginan untuk mengizinkan orang Israel pergi beribadah kepada Tuhan. Semua orang Israel boleh pergi, tetapi harus meninggalkan ternak-ternak mereka. Firaun menyadari bahwa orang Israel akan kembali ke Mesir karena harta mereka masih berada di Mesir. Tidak dikisahkan seperti apa cara Firaun memanggil Musa. Mungkin dengan perantaraan orang-orang Mesir yang tinggal di dekat orang Israel, karena di tempat orang Israel masih ada terang. 

Hari ini pun kita harus waspada karena Iblis juga melakukan hal yang sama dengan Firaun. Ketika Firaun memberi tawaran supaya orang Israel beribadah di tanah Mesir saja sama artinya dengan Iblis yang menawarkan supaya kita menjadi orang Kristen tanpa meninggalkan kebiasaan dosa lama. Dalam kompromi kedua, Firaun tidak mau orang Israel beribadah jauh dari Mesir, sama halnya dengan Iblis yang menawarkan supaya kita menjadi orang Kristen tetapi tidak perlu benar-benar keluar dari kebiasaan lama.

Kompromi ketiga, hanya laki-laki saja yang beribadah kepada Tuhan sedangkan yang lain masih tetap di Mesir. Hal ini menggambarkan bahwa hanya sebagian keluarga saja yang perlu bertobat sedangkan yang lain masih bisa hidup dalam dosa. Kita menyadari bahwa jika terjadi seperti ini, maka lama kelamaan, pengaruh buruk itu juga akan mempengarui orang yang sudah bertobat. Tuhan menginginkan seluruh keluarga kita berada di dalam Tuhan, sehingga saling mempengaruhi dan menopang dengan hal-hal yang baik, saling menguatkan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Kompromi yang terakhir membiarkan kita menyembah Tuhan, tetapi tetap memperhatikan harta di dunia ini. Harta benda ditinggalkan di Mesir sama halnya dengan perhatian kita tetap pada harta benda kita. Dalam hal ini kita harus sadar bahwa Yesus pernah mengatakan bahwa di mana harta kita berada, di situ hati kita berada. Kalau harta kita adalah harta duniawi, maka hati kita akan fokus di sana. Tetapi ketika kita meenyadari bahwa harta kita di Surga, maka fokus kita pun akan di Surga. Jika kita sudah bertobat sungguh-sungguh kepada Tuhan, maka kita pun harus rela berkorban secara duniawi.

Views: 34

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top