Keluaran 6:8-26
Tuhan memberi perintah kepada Musa untuk menyampaikan semua yang telah disampaikan oleh Tuhan kepada bangsa Israel. Musa mentaati Tuhan dan menyampaikan semua itu. Hanya saja, orang Israel tidak mau lagi percaya kepada Musa. Mungkin di awal bangsa Israel membayangkan bahwa kelepasan itu akan didapatkan dengan mudah. Pada saat pertama kali Musa bertemu dengan bangsa Israel, mereka sangat bersukacita karena memiliki pengharapan yang baru. Tetapi setelah itu, kesulitan semakin menekan bangsa Israel, sehingga mereka menjadi tawar hati.
Hal ini mengingatkan kita pada perumpamaan yang pernah disampaikan oleh Tuhan Yesus mengenai benih yang ditabur. Benih itu bisa jatuh ke beberapa jenis tanah yang berbeda. Di satu tanah tertentu, benih itu bisa bertumbuh dengan sangat cepat. Pertama kali mendengar firman, mereka menerimanya dengan penuh sukacita. Tetapi ketika matahari memberikan sinar panas dan terik, maka tanaman itu segera layu, karena tidak berakar dengan baik. Hal inilah yang terjadi pada bangsa Israel pada waktu itu.
Bangsa Israel lebih memilih untuk sibuk dengan pekerjaan mereka. Mereka memang sebagai budak dan pekerjaan mereka dilakukan sedemikian rupa, untuk melupakan perbudakan yang sedang mereka alami. Hal itu bisa terjadi pada kita hari ini. Kita mungkin tidak berposisi sebagai budak atau hamba. Tetapi seringkali banyak orang yang menjadi hamba uang atau hamba pekerjaan. Pada akhirnya, prioritas utamanya adalah pekerjaan atau uang. Jika sudah demikian, maka tidak akan ada lagi waktu untuk keperluan rohani.
Pilihan menjadi hamba uang memang lebih enak. Sama halnya dengan orang Israel yang memilih untuk ingin tetap menjadi budak yang baik, daripada harus pergi ke padang gurun. Padang gurun terlalu beresiko bagi mereka. Mesir telah menawarkan berbagai macam hal yang menggiurkan. Di dalam perbudakan, juga ada kenyamanan. Tetapi kenyamanan itu hanya sementara. Tetapi sebenarnya Tuhan menginginkan bangsa Israel dan kita juga, untuk keluar dari perbudakan itu menuju ke tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Untuk sampai ke tanah itu, perlu iman dan perjuangan.
Di ayat 13-26, ada sisipan mengenai silsilah bangsa Israel. Silsilah ini disisipkan, karena bangsa Israel tidak percaya dengan Harun dan Musa. Silsilah ini ingin menegaskan mengenai identitas Harun dan Musa. Kedua orang itu bukanlah penipu. Mereka adalah orang Israel sejati. Mereka memiliki catatan keluarga dari keturunan Yakub. Dari silsilah ini, kita juga bisa menyadari bahwa orang sekecil apapun bisa dipakai oleh Tuhan, ketika mereka mau menerima tugas panggilan Tuhan itu. Dari silsilah ini kita dapatkan bahwa Musa bukanlah dari keturunan yang hebat dan terkenal, tetapi Tuhan memakai Musa untuk menjadi pemimpin bagi bangsa Israel, keluar dari perbudakan.
Di dalam silsilah ini, memang difokuskan hanya dari keturunan Lewi. Dari silsilah ini, kita diberitahu bahwa Lewi berusia seratus tiga puluh tujuh tahun. Di silsilah ini, Musa menyebutkan orang tua mereka, yaitu Amram dan Yokhebed. Di dalam nubuatan Yakub, Lewi mendapatkan nubuatan yang jelek. Amram dan Musa juga bukan anak sulung. Tetapi ketika Musa siap dipakai oleh Tuhan, maka Tuhan akan memberi kesempatan kepadanya. Demikian juga dengan kita, jika siap dipakai Tuhan, maka Ia akan memperlengkapi kita dengan banyak hal yang diperlukan.
Views: 25