Orang Benar Yang Tersiksa (Jelajah PB 996)

2 Petrus 2:8-10

Harga yang dibayar oleh Lot cukup mahal. Dia berada di lingkungan yang tidak baik, tetapi dia tidak mau keluar dari sana. Ia lebih suka menikmati berbagai fasilitas di kota Sodom dan Gomora. Sampai pada akhirnya ia terpaksa harus keluar dari lingkungan itu, serta kehilangan segala sesuatunya. Ia bahkan kehilangan istrinya, yang menjadi tiang garam, karena istrinya susah untuk merelakan harta yang mereka tinggalkan. Istrinya terpaksa keluar dari Sodom dan Gomora, tetapi pikirannya masih terikat ke kota tersebut. Anak-anak Lot juga memiliki moral yang tidak baik, karena sudah terbiasa dengan lingkungan seperti itu.

Dari kisah ini kita bisa belajar bahwa penting bagi kita untuk hidup di dalam lingkungan yang baik. Jika kita sendirian di tengah-tengah lingkungan yang tidak baik, meskipun kita tidak terpengaruh akan hal itu, belum tentu anggota keluarga kita tidak terpengaruh. Lingkungan (circle) pertemanan kita saat ini, itu juga yang akan menentukan masa depan kita, baik masa depan di dunia ini maupun masa depan rohani kita.

Jika kita mengerti kebenaran, tahu yang baik dalam hidup kita, tetapi kita hidup di lingkungan yang tidak baik, maka kita akan tersiksa. Lot juga demikian. Orang benar itu tinggal di tengah-tengah orang yang tidak memiliki moral baik, setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat, maka jiwanya tersiksa. Jika dia kuat, dia akan sangat tersiksa. Jika dia tidak kuat, di akan dipengaruhi dengan lingkungannya. Penjelasan ini masih dalam konteks munculnya guru-guru palsu di antara orang percaya.

Petrus sengaja menggunakan kisah Nuh dan Lot untuk menolong kita melihat lingkungan kita dengan baik dan teliti. Jangan sampai kita berada di antara para guru palsu yang menyesatkan. Jangan sampai kita berada dilingkungan yang tidak baik, sehingga menyiksa jiwa kita. Jika kita tidak merasa tersiksa di tengah-tengah orang yang tidak suka kebenaran, berarti kita sudah terpengaruh oleh mereka. Jika kita tidak tersiksa di tengah-tengah orang yang suka menjelek-jelekkan orang lain, maka kita sudah menjadi bagian mereka seutuhnya.

Tuhan ingin menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan serta menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman. Tuhan menyelamatkan Nuh dan Lot, karena mereka tinggal di tengah-tengah angkatan yang jahat, tetapi mereka tidak terpengaruh. Apakah kita bisa sekuat Nuh dan Lot? Sekuat-kuatnya Nuh dan Lot, Tuhan tetap menginginkan mereka bisa keluar dari angkatan yang jahat itu. Pada prinsipnya, pengaruh yang jelek dan jahat lebih kuat daripada pengaruh yang baik. Kejahatan tidak perlu diajarkan tetapi semua orang bisa melakukannya. Kebaikan perlu diajarkan terus menerus, karena kecenderungan manusia lebih suka berbuat jahat.

Kondisi kita saat ini berbeda dengan Nuh. Dia tidak bisa pergi ke mana-mana, sehingga Tuhan memerintahkannya untuk membuat bahtera, supaya yang lain bisa dibinasakan dan Nuh bisa diselamatkan. Jika saat ini kita berada di komunitas atau lingkungan yang tidak baik, jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita adalah keluar dari kumpulan tersebut. Lebih baik kita dianggap menjadi orang sombong oleh mereka, daripada kita terkontamisai dengan sifat jelek dan kedegilan komunitas mereka. Mungkin kita kuat, tetapi belum tentu anggota keluarga kita, anak-anak kita, kuat. Anak-anak kita pun akan memiliki kecenderungan berkumpul dengan anak-anak mereka.

Views: 30

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top