Menafsirkan Alkitab (Jelajah PB 993)

2 Petrus 1:16-21

Petrus tidak mau mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia. Jika kita memberitakan Injil serta menyampaikan bahwa Tuhan akan datang, itu semua adalah janji Tuhan, bukan isapan jempol dan bukan cerita dongeng. Petrus sendiri menjadi saksi mata, orang yang melihat secara langsung, semua yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus. Para rasul adalah saksi mata, yang mendapatkan pengajaran secara langsung dari Yesus Kristus. Mereka juga melihat dengan mata mereka sendiri, apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Mereka melihat bahwa Yesus Kristus bukan manusia berdosa. Ia adalah manusia sempurna dan Ia adalah Tuhan sendiri, yang datang ke dunia menjadi manusia.

Lebih baik kita percaya kepada saksi mata, daripada percaya kepada orang-orang yang hidup setelah para rasul tidak ada lagi di dunia ini. Petrus bahkan diberi kesempatan untuk menyaksikan saat Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari Bapa. Petrus, Yakobus dan Yohanes diajak oleh Yesus Kristus untuk naik ke sebuah bukit. Di sana, Yesus Kristus dalam kemuliaan, bertemu dengan Musa dan Elia. Di dalam kemuliaan itu juga, mereka mendengar suara Bapa di Surga yang mengatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Suara itu didengar langsung oleh Petrus, Yakobus dan Yohanes. Suara itu berasal dari Surga, ketika pada waktu itu mereka bersama-sama dengan Yesus di atas gunung yang kudus. Peristiwa itu tercatat di dalam Matius 17. Bahkan pada waktu itu Petrus mengusulkan akan mendirikan tenda untuk Yesus Kristus, Musa dan Elia. Iman Petrus semakin teguh melihat secara langsung peristiwa itu. Ia pun akhirnya bisa mengerti dengan firman yang sudah pernah disampaikan para nabi, di zaman Perjanjian Lama.

Jika kita memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dicatat di dalam Alkitab, dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, maka kita melihat ada rentetan peristiwa yang ajaib. Kita juga bisa memperhatikan pengajaran yang disampaikan oleh para nabi, serta pengajaran yang disampaikan oleh Yesus Kristus serta para rasul. Ada hubungan dan keterkaitan satu dengan yang lain. Intinya adalah berita keselamatan.

Petrus menggambarkan seperti kita memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hati. Ketika ada pelita di tengah kegelapan, maka mata kita akan mudah tertuju pada sinar pelita itu. Sampai pada akhirnya bintang timur (Yesus Kristus – bdg. Why 22:16) hadir dan menerangi seluruh dunia, serta menerangi hati kita.

Yang perlu kita perhatikan bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri. Kita perlu mengetahui alur kisahnya dengan baik. Menafsirkan firman Tuhan tidak boleh sembarangan. Nubuat tidak pernah dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus. Para nabi dan rasul berbicara atas nama Tuhan. Nubuatan-nubuatan di Perjanjian Lama telah banyak digenapi dan diaplikasikan di Perjanjian Baru. Ada juga yang masih kita nantikan di depan. Jika masih bisa, Alkitab harus ditafsirkan secara literal (apa adanya). Jika firman itu adalah kiasan (gambaran), baru kita bisa menafsirkannya secara alegorikal. Alkitab tidak pernah bertentangan dengan akal sehat serta tidak bertentangan satu dengan yang lain. Alkitab ditulis melalui akal sehat manusia.

Views: 22

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top