Derajat Manusia Turun Drastis (Jelajah PB 997)

2 Petrus 2:11-13

Guru-guru palsu tidak jauh dari hidup kita. Mereka tidak berada di luar gereja, tetapi di dalam gereja. Rasul Petrus menjelaskan bahwa mereka ada di antara kita, orang-orang percaya. Kita bisa memperhatikan bagaimana mereka mengajar. Jika ada orang-orang mengajar dan sebagian besar menjelaskan firman Tuhan, mungkin akan sangat membosankan. Tetapi ada juga orang-orang mengajar dengan dasar Alkitab, tetapi sebagian besar yang disampaikan adalah cerita-cerita pengalaman yang dikemas seperti kesaksian pribadi. Yang seperti ini tidak membosankan, tetapi kita patut waspada.

Cerita-cerita seperti ini pada akhirnya akan habis. Supaya tetap menarik, ada kecenderungan para guru-guru palsu ini akan menceritakan kebohongan. Bukan hanya kebohongan dalam dalam hal kehidupan sehari-hari, tetapi juga kebohongan yang dikemas secara rohani. Misalnya, ada di antara mereka yang bercerita bahwa mereka diajak oleh Yesus pergi ke Surga dan neraka. Mereka juga bercerita tentang mimpi atau penglihatan-penglihatan yang aneh-aneh. Celakanya, banyak orang yang percaya dengan cerita-cerita semacam ini, yang sebenarnya sulit dibuktikan kebenarannya.

Standar kebenaran orang Kristen adalah Alkitab. Mimpi, penglihatan atau cerita-cerita kesaksian yang dikemas secara rohani itu justru akan mengacaukan pengajaran Alkitab yang sebenarnya. Kesaksian-kesaksian tersebut disampaikan dengan sangat meyakinkan, sehingga banyak orang yang tertarik. Tidak jarang, jemaat yang tertarik juga ingin memiliki pengalaman yang sama. Untuk mendapatkan pengalaman menarik itu, mereka mulai melakukan praktik-praktik supranatural, seperti doa di tempat tertentu atau berpuasa di tempat tertentu, untuk mendapatkan pengalaman dan kuasa supranatural tersebut.

Petrus membandingkan guru-guru palsu itu dengan para malaikat. Malaikat yang sebenarnya diberi kuasa dan kekuatan lebih dari manusia, tidak memakai kata-kata hujat. Tetapi banyak manusia, bahkan mengaku diri sebagai orang Kristen, tetapi mengutuk orang lain. Tuhan saja mengajarkan kepada kita untuk memberkati serta mengasihi musuh, bukan untuk menghujat atau mengutuk orang lain. Petrus menyamakan orang-orang yang demikian dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan.

Ketika manusia tidak memakai akal sehatnya dan tidak mencari kebenaran, ketika manusia hanya mengumbar hawa nafsu saja, maka manusia turun derajatnya, dari derajat manusia menjadi derajat binatang. Tentu kita tidak ingin hal yang demikian. Seharusnya kita mencari makna hidup ini, sehingga hidup kita bejalan sesuai dengan kehendak Tuhan. Jika hidup kita hanya sekedar untuk mencari makan serta melakukan rutinitas sehari-hari, atau sekedar mengejar hal-hal yang duniawi, maka derajat kita sebagai manusia turun drastis.

Orang-orang tersebut akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Mereka berfoya-foya dalam hidupnya dan menganggapnya sebagai kenikmatan. Mereka disebut Petrus sebagai kotoran dan noda. Ada banyak orang di dunia ini yang mabuk oleh hawa nafsu. Mereka tidak jauh dari kita, mereka hidup di antara kita. Mereka bisa mempengaruhi kehidupan kita. Jika kita tidak ingin terpengaruh dengan mereka, cara yang paling aman adalah menjauhi mereka. Jika kita kuat, kita bisa memberitakan Injil kepada mereka.

Views: 20

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top